Kecewa. Sedih. Iya! Masa timnas sendiri dikalahkan begitu rupa tidak kecewa dan sedih. Apalagi setelah menyaksikan bagaimana punggawa timnas berjuang di lapangan. Berjibaku, berlarian, lompat, jatuh dan bangun. Kevin yang perdana membela timnas, disambut antusias, malah harus ditarik dilapangan sebelum pertandingan usai.
Tapi ini kecewa dan sedih sebentar saja, sebab ini kekalahan biasa saja. Sekelas Real Madrid dengan pemain hebat itu, bisa kalah kosong empat. Sehebat Argentina yang bukan lagi bercita-cita masuk ke putaran piala dunia, pernah juga mengalami dengan kemasukan banyak gol.
Tim yang mengalahkan Real Madrid dan Argentina itu bermain lebih bagus. Itu saja. Mereka berlari lebih cepat, melompat lebih tinggi, bangun dari jatuh lebih segera. Maka mereka menang dengan meyakinkan.
Itulah yang dilakukan Jepang semalam. Lihat bagaimana pemain mereka seperti lebih dari sebelas orang. Kemana bola menuju, di situ ada pemain Jepang. Ketika jagoan kita memegang bola, pemain Jepang langsung mengepung. Belum lagi larinya yang ampun-ampunan. Gol kedua itu membuat terperangah, ketika seorang pemain Jepang lari sedemikian cepatnya untuk membuat gol.
Jepang tadi malam memang luar biasa. Ribuan suporter kita tidak menganggu mereka sama sekali.
Tinggal timnas kita. Menganggap kekalahan ini biasa saja, kemudian bermain lebih baik. Tim yang bagus melakukan itu. Real Madrid kekalahan kosong empat, namun tak sampai sebulan mereka merayakan kemenangan. Argentina kalah kosong empat, tapi berbilang tahun kemudian mereka menjadi juara Piala Dunia.
Timnas seyogyanya begitu. Kalah dari tim bagus, seringkali lebih baik daripada menang lawan tim lemah. Pahit. Tapi itulah kesempatan kita belajar. Dan, katanya obat memang selalu pahit. Setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H