Ketika mendengar kata berbicara, pasti sudah tak asing lagi ditelinga kita. Tanpa kita sadari ternyata kita sudah melakukan hal itu semenjak usia muda (7>) dulu. Berangkat dari berbicara atau bercakap-cakap yang sering dilakukan dalam rutinitas kita, tentunya kita tidak pernah dan tidak harus memperhatikan segala sesuatu untuk menunjang gaya bahasa, teknik, dan proses yang banyak digunakan terutama dalam berbicara di depan umum. Maka saya mengajak anda sekalian untuk menyimak dalam tujuh menit. Mari kita bahas!.
Berbicara, banyak orang berpendapat dan sependapat juga bahwa berbicara adalah suatu kegiatan maupun aktivitas untuk mengekspresikan diri, bahkan bisa dikatakan sebagai bentuk seni pengekspresian dari diri baik kepada satu orang atau lebih. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berbicara adalah suatu kegiatan berkata, bercakap-cakap, berbahasa, atau mengungkapkan suatu pendapat secara lisan. Artinya, jika ada seseorang narasumber, presenter, orator, atau good speaker, berarti dia sedang berkegiatan mengungkapkan suatu gagasan atau pendapat kepada audiens secara lisan.
Namun, banyak sekarang orang menganggap berbicara hanya sekadar berbicara saja, tanpa perlu harus diketahui oleh orang itu arti pentingnya berbicara, terutama ketika sedang berbicara di depan umum. Padahal tujuan dari berbicara khususnya di depan umum itu ialah memberikan informasi atas penyampaian yang bersifat persuasif, presentatif ataupun komunikatif. Agar audiens yang mendengarkan dapat merasa yakin dan merasa disapa, sehingga audiens dengan mudah terbujuk dan dibawa pada tahap yang dinamakan imaginal preaching; suatu tahap dimana audiens dapat memahami pesan yang disampaikan oleh narasumber, presenter, orator, atau good speaker.
Untuk menuju kepada tahap tersebut (imaginal preaching) seorang narasumber, presenter, orator, atau good speaker perlu memahami beberapa teknik dan cara khusus agar membuat audiens merasa nyaman, tertarik, terbujuk, disapa, dan tidak bosan. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Mengenal audiens dengan baik, yakni latar-belakang, usia, dan pendidikan. Gunakan filosofi "memancing" artinya materi yang ingin disampaikan sesuai dan cocok dengan audiens yang hadir. Analoginya seperti ini, jika kita ingin pergi memancing untuk mendapat ikan. Maka kita pun harus mencari umpan yang baik dan berkualitas agar dapat dilahap oleh ikan, akhirnya hasil pancingannya pun memuaskan.
- Dapat memahami dan menguasai materi pembahasan dengan menggali pengetahuan yang luas, sehingga materi pembahasan tersebut dapat menjadi milik sendiri dan pesan itu sendiri. Maka, dengan begitu makna dalam suatu forum pembicaraan dengan public speaking dapat terealisasi secara gamblang.
- Harus diperhatikan (yang perlu dikhawatirkan), memperhatikan ketegangan dan kegugupan yang sering terjadi terhadap narasumber, presenter, orator, atau good speaker, cara mengatasinya yakni dengan menjadikan kelemahan sebagai kekuatan. Bersikap enjoy terhadap situasi yang mencekam tersebut, dengan membuat kisah lucu. Pentingnya selalu mengasah diri, melakukan pelatihan di depan cermin dan koreksi diri sendiri, lalu perbaiki. Dengan begitu audiens melihat dengan mata yang yakin dan memacu daya imajinasinya untuk masuk dalam tahap imaginal preaching.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H