Liburan ala seminaris telah tiba. Setelah lelah mengikuti rangkaian jurnal setahun. Rasa untuk menyisipkan kata liburan di tengah kegiatan retreat di bulan Januari 2024 lalu, pun menggebu-gebu dan demi menyukseskannya, saya dan teman-teman lain memutuskan untuk mengajak dan membujuk Pater pembimbing retreat (RP.Anton) menikmati nuansa air terjun di curug, daerah Cisuren yang telah dibahas sedari malam setelah sesi II. Demi merasakan nikmatnya berenang di air terjun dengan dinginnya air dalam kehangatan matahari pukul 09.00 WIB. Melihat pemandangan air terjun yang berundak, melihat cantiknya suasana kota dari atas bukit dan mencari pengalaman baru yang dalam persentase hidup di seminari jarang terjadi.
Perjalanan dimulai setelah sarapan pagi sekitar pukul 07.30 WIB. Kami sempat berdiskusi sebentar untuk menentukan rute mana yang cepat dan amat sangat berkesan. Namun, akhirnya kami dan Pater Anton memutuskan untuk menggunakan rute panjang yang tidak kalah indahnya. Keberangkatan menuju destinasi tujuan kami ke air terjun yang ada di daerah Cisuren, menempuh jarak sekitar 15 sampai 25 menit dengan berjalan kaki. Selama perjalanan kami melewati beberapa pemukiman warga dan sesekali menyapa mereka, banyak potret indah yang kami dapatkan di kamera. Dengan komposisi jalan yang tidak begitu terjal namun berliku-liku, naik turun karena adanya tanjakan. Kami pun disuguhi dengan kawanan kabut yang menyelimuti gunung-gunung, bukit serta kota dari kejauhan, serta perkebunan warga yang hijau nan subur, membuat mata kami sejuk melihatnya. Selain itu, dari sini pun kami dapat melihat kota Cisarua-Bogor sepertinya halnya miniatur.Â
Walaupun napas kami tersengal-sengal, langkah kaki kami terasa berat untuk berjalan lagi, tetapi kami tetap menikmati setiap langkahnya dan selalu berpegang teguh pada hati nurani dan diri kami. Akhirnya tepat pukul 08.30 kami sampai di depan pintu masuk dan langsung naik ke bukit dengan menyusuri pohon-pohon rindang nan tinggi, komposisi jalan menuju bukit tampak lebih basah namun kami saling membantu teman lainnya agar tidak jatuh tergelincir. Banyak bebatuan dan akar-akar pohon tua yang mencuat keluar akhirnya dapat membuat kami semakin mudah untuk menuju ke destinasi tujuan kami, air terjun batu gede Cisuren. Hal ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi kami semua, karena perjalanan panjang ini dibayar dengan suguhan pemandangan yang benar-benar diperlihatkan dengan mata terbuka dan secara cuma-cuma. "Sebuah air terjun alami dari terbentuknya abrasi air gunung yang mengalir deras, dan cukup terkenal akan pesona wisata destinasi camp-outbound," ungkap Pater Anton.Â
Sungguh dahsyat kuasa sang Kuasa yang telah menciptakan semua indah adanya. Maka alangkah baiknya kita sama-sama menjaga apa yang sudah diciptakan oleh sang Kuasa, agar semuanya dapat juga dinikmati oleh generasi penerus kita selanjutnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H