Mohon tunggu...
Lesman Siagian
Lesman Siagian Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Halo, saya Lesman hobi membaca, memancing, dan bermain sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Para Seminaris di Era Globalisasi

22 Oktober 2024   14:42 Diperbarui: 22 Oktober 2024   15:28 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Siapa yang tidak tahu dengan gadget atau handphone? Gadget menjadi salah satu barang yang populer dewasa ini. Banyak orang, hampir dalam seluruh kehidupannya dikaitkan dan selalu berdampingan; menjadi suatu elemen penting dalam pengatur ritme hidup: membantu kehidupan manusia untuk mencari informasi dan membantunya menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi.

Gadget bisa disebut sebagai guru terbaik dalam membangun setiap prinsip, pekerjaan dan perasaan manusia. Bukan lagi buku yang pada zamannya, dikenal sebagai jendela dunia bahkan guru setiap pertanyaan yang ada. 

Apalagi dengan adanya generasi lahiran dunia perkembangan (gen-alpha) akan menambah efek penggunaan gadget atau alat digital lainnya, maka jarang kita melihat orang membaca dari buku; mayoritas orang lebih memilih gadget sebagai alternatif (membaca, menelusuri, dan mencari ilmu). 

Ditambah dengan munculnya artificial intelligence/AI (kecerdasan buatan) yang lambat laun akan menggerus peradaban manusia, mendehumanisasi. Hal ini menjadi sebuah ancaman dan kecemasan serius khususnya bagi rumah atau lembaga formatio para calon-calon imam. 

Karena, bukan menjadi suatu hal yang tidak mungkin jika hal tersebut tidak ditanggapi akan membawa dampak buruk; menjadikan imam-imam masa depan sebagai imam yang tidak kreatif dan serba instan.

Apalagi era perkembangan yang begitu cepat mengharuskan anak-anak seminari melakukan banyak aktivitas dengan komputer atau terkadang gadget. Atas beberapa pertimbangkan pun, dalam era kenormalan baru anak-anak seminari diwajibkan untuk membawa hp dan diharapkan mendapat keahlian berselancar di dunia maya untuk sekadar kepentingan informasi. 

Harapannya seperti itu memang, tapi ternyata realitasnya lewat dari kata "baik"; "lebih baik"; "sangat baik".

Tantangannya ialah bagaimana kita sebagai anak-anak seminari harus bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan dari pemanfaatan alat digital ini; menjadikannya sebagai opsi kedua atau menghindarinya sama sekali, ini dilihat dalam konteks anak seminari. 

Acap kali kita meremehkan esensi dari suatu kreatifitas dalam membuat suatu karya ilmiah. Padahal dalam proses pendidikan sebagai seorang calon imam, kita dituntut untuk sikap kritis dan kreatifitas terhadap segala sesuatu yang dipelajari. Maka pentingnya dibutuhkan seni literasi dalam pola hidup anak-anak seminari.

Esensi literasi adalah bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan dan bagaimana manusia belajar untuk mendapatkan pengetahuan. Jangan seakan-akan anak-anak seminari hanya dituntut untuk selalu membaca buku, terutama dan minat baca sering kali diforsir. 

Sebenarnya dengan kita mencari pengetahuan pada sebuah sastra sejarah itu pun bagian dari mencari ilmu, maka perlu juga seharusnya untuk mengkaji pembelajaran dengan cara lain misalkan: napak tilas, field trip ke museum, dan menguraikan pembahasan aktual dikoran harian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun