lihat mata parapati itu duduk disanggar tarian kecapi diiringi pagel bertumpu pada lupa terlupakan diatas bejana perwayangan sketsa kosong melompong pernahkah batok kelapa itu tersirat bahkan menyurat untuk sepenggal tanya kepada batin apa yang kita rasakan ditanah kusam penuh kekumalan tak berotak nyawa seperti ayam potong dengan tarif harga yang tak sebanding namun keringat dan pertaruhan nyawa tiada arti bila tembok senjata dianggar bosan ingin rasanya tangan lemah ku ini menusuk untuk ditusuk biarkan mereka tidak tau apa sebenarnya kebodohan sitapak tiada tumpuhan biarkan mereka semakin dipalu akan kecongkaan kelapa ingusan hanya diam duduk manis, tertawa, marah tapi diam mematung tampa melangkah hanya debat sesama yang ada tengorokan kering hingga suara serak tak terselesaikan berkambing dungu akan tingkah didungui bodoh ya kita bodoh sejak dulu hingga sekarang masih saja bodoh akan penggila akal mengakali : sembilu Rusdiansyah Hutagalung "Si Sajak Dungu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H