Mohon tunggu...
Rachmat Ariyanto
Rachmat Ariyanto Mohon Tunggu... Politisi - Tidak Hitam Putih

Kepala BPPM-DA Partai Demokrat Provinsi DKI Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Bers14plah Indonesia!!!

20 Maret 2018   00:31 Diperbarui: 20 Maret 2018   06:02 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak lama lagi, kita akan menghadapi pemilu untuk memilih anggota legislatif dan juga Presiden. Kaidah dalam teori demokrasi pemilu adalah momentum bagi rakyat sebagai pemilik suara yang berdaulat menilai capaian kinerja baik para anggota legislatif terlebih lagi pemerintah dalam hal ini Presiden. Jika dianggap berhasil maka diberi penghargaan dengan dipilih kembali untuk melanjutkan bakti periode berikutnya dan sebaliknya jika dianggap gagal maka inilah pula cara yang konstitusional untuk menghentikannya.

Sistem demokrasi atau yang biasa diartikan kekuasaan oleh rakyat harus selalu memproduksi energi baru sebagai bahan bakar mesin demokrasi. Energi tersebut adalah lahirnya tokoh baru yang berazzam mengabdikan diri menjadi sandaran aspirasi dan kepentingan rakyat yang merasa belum terwakili dengan tokoh yang ada saat ini.

Kelahiran tokoh dalam sistem demokrasi seperti Indonesia tidak serta merta sebagaimana Mr Bean turun dari langit, ia membutuhkan proses panjang dan melelahkan, jika bukan karena niatan luhur pastilah patah ia ditengah jalan tak sampai pada tujuan. Siapapun yang merasa berkewajiban untuk mengabdi pada pertiwi menggenggam amanah rakyat maka mau tidak mau harus melalaui proses yang disyaratkan oleh demokrasi yaitu pemilu.

Sistem pemilu yang kita anut tidak memberi kursi dengan mudah bagi para pendekar politik untuk mendudukinya. Sang pendekar haruslah meraih dukungan sebanyak-banyaknya dari masyarakat, dan suara itu hanya bisa diraih dengan kepercayaan dan keyakinan rakyat, dan kepercayaan dan keyakinan itu hanya bisa diraih dengan komunikasi, interaksi serta silaturahmi yang terus menerus dengan berbagai jurus untuk dapat menaklukkan hati rakyat. Dan silaturahmi itu harus berlangsung di 34 Provinsi, 415 Kabupaten serta 93 Kota.

Ikhtiar & Takdir Politik AHY

Pasca terhenti dalam Pilkada DKI 2017, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kembali berikhtiar untuk mengarungi takdir politiknya. Memulai langkah dengan penetapan sebagai Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, derap langkah AHY dilanjutkan dengan melakukan safari dan silaturahmi kepada para Ketua Umum dan tokoh-tokoh Partai. 

AHY mulai mendapatkan tempat dan diterima sebagai salah satu tokoh muda yang memiliki kompetensi dan kapabilitas. Nama AHY mulai didiskusikan dan dikaji di internal partai-partai sebagai tokoh alternatif yang baru untuk mengisi ruang-ruang elite dimasa yang akan datang.

Selanjutnya momentum Rapimnas partai Demokrat. Pidato AHY dihadapan kader Demokrat se-Indonesia kembali memberi energi positif bagi popularitas dirinya sebagai tokoh muda yang memiliki kecakapan, ketika mampu menyampaikan permasalahan serta gagasannya untuk Indonesia secara runut, terstruktur dan logis.

Dan terus berlanjut dengan safari politik ke daerah-daerah. Sebagai Komandan Kogasma, AHY berkewajiban mensukseskan Pilkada 2018 dimana kader partai atau yang diusung oleh partai Demokrat menjadi calon kepala daerah. Salah satunya dengan cara menyambangi daerah-daerah dimana Pilkada akan berlangsung dan melakukan tatap muka dan silaturahmi dengan masyarakat setempat. 

Dalam liputan media ataupun publikasi medsos tampak antusias masyarakat berjumpa dan berkomunikasi dengan AHY. Lokasi pertemuan selalu penuh sesak oleh masyarakat, dan pertanyaan-pertanyaan secara alami meluncur untuk meminta jawaban dan solusi dari pikiran-pikiran  AHY.

Peristiwa-peristiwa politik diatas menggambarkan bahwa cikal bakal kepemimpinan dan ketokohan memang telah ada pada diri AHY. Kelahiran dan kehadirannya dalam kancah perpolitikan memperlihatkan skenario yang taut bertaut untuk menuju pada klimaks cerita. 

AHY hadir dengan membawa seperangkat alat ketokohan yang memang melekat pada dirinya sebagai pemberian Allah, Tuhan YME. AHY lahir di Partai yang memiliki sejarah dan pengalaman menjadi pemimpin negeri. Dan AHY tumbuh bersama masyarakat yang memang menanti kehadirannya, mengharap jabat tanggannya, dan menginginkan pengabdiannya.

Dan terbukti, saat ini popularitas (keterkenalan) dan kesukaan (likeabilitas) terhadap AHY, perlahan tapi pasti menunjukkan tren positif. Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, menjadi tokoh dinegeri ini tak seperti Mr Bean yang terjun bebas dari langit. 

Pemilu mensyaratkan keterpilihan dengan jumlah suara yang besar, keterpilihan mensyaratkan kesukaan dan kesukaan mensyaratkan keterkenalan. Tahapan demi tahapan ini yang dilalui oleh AHY secara alami. Dan Alhamdulillah, fase demi fase tersebut semakin hari semakin meningkat dan Insya Allah hanya menanti waktu AHY akan menjadi Presiden di Indonesia ini, jika bukan esok mungkin lusa, jika bukan saat ini mungkin nanti.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Penutup

Sangat banyak jasa orang-perorang dalam memerdekakan Indonesia. Namun dilandasi semangat cinta tanah air maka orang yang banyak itu mengikhlaskan naskah proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan M. Hatta. 

Semangat itu harus kembali dihidupkan hari ini. Seluruh komponen bangsa harus mengizinkan siapapun berikhtiar guna mengarungi takdir politiknya, dan biarlah alam yang akan menjadi juri, apakah ia terus berlanjut atau tereleminasi.

Nama besar Yudhoyono yang melekat pada Agus Harimurti adalah takdir mutlak yang tak bisa dirubah. Namun menuju pengabdian kepemimpinan negeri bergantung pada  perjuangan dan pengorbanan AHY bersama Demokrat yang tengah berikhtiar menapaki takdir tersebut. Yudhoyono dan Partai Demokrat mungkin akan menjadi salah satu subsidi dalam perjalan karir politik AHY, namun lebih jauh dari itu kelayakan diri AHY serta keseriusannya untuk menempa diri menjadi dasar sekokoh dan setangguh apa AHY mampu menakhodai kapal besar yang bernama Indonesia.

Ketika masyarakat semakin cerdas, maka pencitraan hanya dapat memanipulasi sebagian kecil ruang kesadaran masyarakat. Tapi yang emas tetaplah emas, dan Loyang tetaplah Loyang. 

Langkah demi langkah politik yang dilakukan AHY memperlihatkan ia adalah orang yang tepat, dimasa yang tepat serta tempat yang juga tepat. Mamat memiliki keyakinan mendukung AHY sebagai pemimpin baru, dan yakin AHY S14P untuk Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun