Mohon tunggu...
Ida Bagus Indra Dewangkara
Ida Bagus Indra Dewangkara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Antusias saat membahas teknologi/sistem informasi dan sejenisnya.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jangan Campur Aduk Perasaan FOMO Saat Menciptakan Inovasi Teknologi

6 Maret 2024   23:14 Diperbarui: 6 Maret 2024   23:15 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay/Johmusk

Berdasarkan video di atas, terlihat bahwa Menteri PANRB, Abdullah Azwar Anas menyampaikan bahwa Presiden RI, Joko Widodo telah mengarahkan bahwa tidak boleh ada aplikasi-aplikasi baru. Hal tersebut dikarenakan sudah ada 27 ribu lebih aplikasi yang mengharuskan masyarakat harus membuat akun satu per satu.

Angka 27 ribu itu tidaklah sedikit, terlebih lagi jika masyarakat harus membuat akun mereka berbeda-beda per aplikasi. Apakah hal tersebut tergolong efektif dan efisien? Tentu jauh dari kata iya.

Meskipun audit dilaksanakan oleh pemerintah secara periodik, tetapi hal tersebut masih perlu tindakan yang lebih tegas. Terlebih lagi, banyak mental orang Indonesia yang memanfaatkan bahwa inovasi adalah prestasi kerja.

Ya, tapi itu hanyalah contoh saja. Di dunia industri swasta mungkin saja terjadi hal-hal serupa, tetapi memang transparansi swasta jauh lebih tertutup dibandingkan negeri.

Namun, menganggap inovasi adalah prestasi kerja bukanlah hal bijak. Apalagi, jika digabungkan dengan tuntutan yang keras dan memaksa.

Bukan hal yang aneh jika kita harus menganggap bahwa pihak yang tergesa-gesa untuk menciptakan inovasi hanyalah "FOMO" belaka. Ya, kemungkinan besar mereka FOMO. FOMO untuk terlihat lebih modern; FOMO untuk terlihat lebih cerdas; FOMO untuk terlihat lebih berprestasi.

Jauhkan Perasaan FOMO Saat Berinovasi

Untuk menciptakan sebuah inovasi yang optimal, pertama-tama kita harus mengetahui tujuannya terlebih dahulu. Mengapa demikian? Menurut saya, inovasi diciptakan jika manusia tersebut benar-benar berdasarkan masalah dan memiliki manfaatnya.

Jika kita berinovasi hanya berdasarkan agar terlihat keren, hal tersebut tidak akan menyelesaikan solusi apa-apa. Banyak analisis yang harus dilakukan untuk sampai ke tahap di mana kita harus menciptakan inovasi.

"Penyakit" orang Indonesia yang sulit disembuhkan adalah ingin instan dalam menggapai suatu hal. Sama dengan saat berinovasi, banyak pihak ingin terlihat hebat dan luar biasa dengan sok berinovasi, walaupun yang diciptakan hanya aplikasi kosong tanpa manfaat sedikitpun.

Kita harus meninggalkan mental buruk tersebut. Saat saya mengikuti program Studi Independen MBKM, saya mendapatkan pesan menohok dari mentor saya. Kurang lebih, berikut isi pesannya, "Jika kamu ingin menciptakan teknologi, cobalah untuk lebih capek di analisis awalnya, jangan proses pengembangannya".

Menciptakan inovasi teknologi harus berdasarkan analisis masalah, kebutuhan, dan penyelarasan solusinya. Dengan susah payah di awal, kita tidak akan berujung dalam penciptaan inovasi teknologi yang tidak berguna. Hal tersebut karena kita telah memiliki rasional mengapa inovasi tersebut harus dikembangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun