Berdasarkan video di atas, terlihat bahwa Menteri PANRB, Abdullah Azwar Anas menyampaikan bahwa Presiden RI, Joko Widodo telah mengarahkan bahwa tidak boleh ada aplikasi-aplikasi baru. Hal tersebut dikarenakan sudah ada 27 ribu lebih aplikasi yang mengharuskan masyarakat harus membuat akun satu per satu.
Angka 27 ribu itu tidaklah sedikit, terlebih lagi jika masyarakat harus membuat akun mereka berbeda-beda per aplikasi. Apakah hal tersebut tergolong efektif dan efisien? Tentu jauh dari kata iya.
Meskipun audit dilaksanakan oleh pemerintah secara periodik, tetapi hal tersebut masih perlu tindakan yang lebih tegas. Terlebih lagi, banyak mental orang Indonesia yang memanfaatkan bahwa inovasi adalah prestasi kerja.
Ya, tapi itu hanyalah contoh saja. Di dunia industri swasta mungkin saja terjadi hal-hal serupa, tetapi memang transparansi swasta jauh lebih tertutup dibandingkan negeri.
Namun, menganggap inovasi adalah prestasi kerja bukanlah hal bijak. Apalagi, jika digabungkan dengan tuntutan yang keras dan memaksa.
Bukan hal yang aneh jika kita harus menganggap bahwa pihak yang tergesa-gesa untuk menciptakan inovasi hanyalah "FOMO" belaka. Ya, kemungkinan besar mereka FOMO. FOMO untuk terlihat lebih modern; FOMO untuk terlihat lebih cerdas; FOMO untuk terlihat lebih berprestasi.
Jauhkan Perasaan FOMO Saat Berinovasi
Untuk menciptakan sebuah inovasi yang optimal, pertama-tama kita harus mengetahui tujuannya terlebih dahulu. Mengapa demikian? Menurut saya, inovasi diciptakan jika manusia tersebut benar-benar berdasarkan masalah dan memiliki manfaatnya.
Jika kita berinovasi hanya berdasarkan agar terlihat keren, hal tersebut tidak akan menyelesaikan solusi apa-apa. Banyak analisis yang harus dilakukan untuk sampai ke tahap di mana kita harus menciptakan inovasi.
"Penyakit" orang Indonesia yang sulit disembuhkan adalah ingin instan dalam menggapai suatu hal. Sama dengan saat berinovasi, banyak pihak ingin terlihat hebat dan luar biasa dengan sok berinovasi, walaupun yang diciptakan hanya aplikasi kosong tanpa manfaat sedikitpun.
Kita harus meninggalkan mental buruk tersebut. Saat saya mengikuti program Studi Independen MBKM, saya mendapatkan pesan menohok dari mentor saya. Kurang lebih, berikut isi pesannya, "Jika kamu ingin menciptakan teknologi, cobalah untuk lebih capek di analisis awalnya, jangan proses pengembangannya".
Menciptakan inovasi teknologi harus berdasarkan analisis masalah, kebutuhan, dan penyelarasan solusinya. Dengan susah payah di awal, kita tidak akan berujung dalam penciptaan inovasi teknologi yang tidak berguna. Hal tersebut karena kita telah memiliki rasional mengapa inovasi tersebut harus dikembangkan.