Sastra, kata-kata ini bukanlah hal yang baru dalam kehidupanku
Sastra, sama tuanya dengan sejarah umat manusia
Kemudian menjadi sebuah penanda dari kebesaran sebuah peradaban bangsa
Agama, bagaimana kabar agama pada diri kita?
Agama, telah aku kenal sejak pertama kali menghirupkan nafas di bumi ini
Ketika Ayahanda mengumandangkan kebesaran nama Allah dengan takbir dan tahmid
Agama, kukenal iya dengan cara orang tua, guru ngaji, guru sekolah serta kitab suci dengan cara itu agama mengajarkan aku.
Agama, dapat membimbing pikiran dan tindakkanku kearah yang lebih baik nan bijak
Seperti mengingatkan untuk setiap aku bertindak
Namun sastra, mengenalkan sisi lain kearifan dan kebajikan itu
Kita di buat baik dengan caranya sendiri, mengolah rasa, mengendalikan karsa serta mempertajam nalar dan memperbaiki budi
Dengan itulah sastra mengajari aku untuk berfikir
Ya, megngajrinya kepadaku dengan caranya sendiri
Sastra bagaikan mesin tenun
Merajut benang menjadi pintalan-pintalan yang menjadikannya kain yang indah dan berarti bagi kita
Dengan sastra bahasa dan perkataan dapat di pintal sehingga menjadi indah dan bermakna serta bermanfaat bagi umat manusia
Agama dan sastra bukan suatu hal yang di perdebatakan
Pahami dan putuhilah segala nasihat di dalamnya
Berbeda, akan tetapi memiliki tujuan yang sama, mengendalikan dari sikap binalku
Di sela fragment adzhan shubuh, kutiliskan semburat pesan untuk pribadi. Kecintaan menggerakan apa yang dapat kita pikirkan. Pesan dari pembaca yang mendapat hikmah dan petunjuk dari kebaikan yang kalian perbuat. Semoga menjadi renungan,
Terimakasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI