Mohon tunggu...
Si LuhKetut
Si LuhKetut Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Perempuan introvert yang sedang mempelajari psikolog manusia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tri Hita Karana: Sebuah Filosofi Kuno yang Menjadi Solusi Modern

22 Juni 2024   08:25 Diperbarui: 22 Juni 2024   08:26 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

oleh : Si Luh Ketut Alit Wianda Suasmita

Di era modern ini, masyarakat bali masih memegang teguh filosofi kuno yakni, Tri Hita Karana. Tri Hita Karana berasal dari bahasa Sansekerta dan Bali: “Tri” artinya tiga. “Hita” berarti kebahagiaan, kemakmuran, dan keharmonisan. “Karana” artinya sebab, alasan. Secara keseluruhan, 'tri hita karana' dapat diartikan sebagai 'tiga penyebab kebahagiaan atau kesejahteraan'. Istilah THK dicetuskan pertama kali oleh Dr. I Wayan Merta Suteja pada Konferensi Daerah I, Badan Pekerja Umat Hindu Bali di Perguruan Dwijendra Denpasar, tanggal 11 November 1966.

Tri Hita Karana menyangkut tiga hubungan besar yang perlu dijaga untuk mencapai kesejahteraan secara menyeluruh.

Parahyangan : Hubungan harmonis antara Manusia dengan Tuhan.

Pawongan      : Harmonisnya hubungan antara Manusia dengan Manusia.

Palemahan     : Hubungan harmonis antara Manusia dengan Lingkungan alamnya.

Ketiga komponen ini saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keseimbangan ketiganya diyakini akan membawa keharmonisan dan kesejahteraan dalam kehidupan manusia. Kehidupan Sosial didasarkan pada filosofi THK yang menekanka prinsip Tat Twam Asi, yang memiliki makna "Aku adalah kamu" bahwa semua orang memiliki martabat dan status yang setara atau sama.


Ajaran Tri Hita Karana dalam Berbagai Agama di Indonesia:

Hindu

  • Parahyangan: Hubungan dengan Tuhan dalam Tri Hita Karana sesuai dengan konsep Hindu tentang "moksha" yang menekankan persatuan dengan Brahman (Tuhan).
  • Pawongan: Hubungan dengan sesama dalam Tri Hita Karana sesuai dengan konsep 'dharma' Hindu yang menekankan kewajiban moral dan etika dalam hidup.
  • Palemahan: Hubungan dengan alam semesta dalam Tri Hita Karana sesuai dengan konsep 'karma' Hindu yang menekankan hubungan sebab akibat antara manusia dan alam.

Islam

  • Parhyangan: Hubungan dengan Tuhan dalam Tri Hita Karana sesuai dengan konsep Islam “Tauhid” yang menekankan keesaan Allah SWT.
  • Pawongan: Silaturahmi dengan sesama saudara dalam Tri Hita Karana sesuai dengan konsep Islam 'Ukhwa Islamiyah' yang mengedepankan persaudaraan dan solidaritas antar umat Islam.
  • Palemahan: Hubungan dengan alam semesta dalam Tri Hita Karana sesuai dengan konsep Islam tentang “kepercayaan” yang menekankan tanggung jawab manusia untuk menjaga alam semesta.


Kristen

  • Parahyangan: Hubungan dengan Tuhan dalam Tri Hita Karana sesuai dengan konsep Kristiani tentang "cinta agape" yang menekankan cinta tanpa pamrih kepada Tuhan.
  • Pawongan: Hubungan dengan sesama dalam Tri Hita Karana sesuai dengan konsep Kristiani "Kasi Sesama" yang menekankan rasa cinta terhadap sesama.
  • Palemahan : Hubungan dengan alam semesta dalam Tri Hita Karana sesuai dengan konsep Kejadian Kristiani yang menekankan bahwa alam semesta adalah ciptaan Tuhan dan harus dilindungi.

Buddha

  • Parahyangan: Hubungan dengan Tuhan dalam Tri Hita Karana sejalan dengan konsep Budha “Nirwana”, yang menekankan pada pencapaian pencerahan dan kebebasan dari penderitaan.
  • Pawongan: Hubungan dengan sahabat dalam Tri Hita Karana sesuai dengan konsep Buddha 'Metta', yang menekankan cinta dan kebaikan terhadap semua makhluk hidup.
  • Palemahan: Hubungan dengan alam semesta dalam Tri Hita Karana sesuai dengan konsep Budha 'Kamma' yang menekankan hukum sebab akibat antara manusia dan alam.

Ketika kita memikirkan ungkapan dan konsep dari Tri Hita Karana, kita menyadari bahwa pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan materi dan pemenuhan spiritual. Hidup seimbang bukan sekedar mengejar kekayaan, tapi juga bagaimana menjalin hubungan baik dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.

Parahyangan : Pengembangan Rohani, seperti: Rutinitas ibadah dan menghargai umat agama lain.

Pawongan      : Membangun hubungan sosial yang harmonis, seperti: Menghabiskan waktu bersama keluarga atau sahabat dan       berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan.

Palemahan     : Perlindungan lingkungan, seperti: Mengurangi penggunaan plastik dan berpartisipasi dalam program konservasi untuk menjaga keseimbangan ekologi. 

Gaya hidup sederhana dalam Tri Hita Karana (THK) adalah cara hidup yang menjunjung tinggi keseimbangan antara manusia, Tuhan, dan alam dengan menerapkan prinsip-prinsip kesederhanaan dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup seseorang adalah pola tingkah laku sehari-hari, yang dipengaruhi motivasi yang bersumber dari diri sendiri maupun dari luar diri seseorang. Ada 3 ciri-ciri orang yang melaksanakan gaya hidup sederhana:

  • Bersahaja (tidak berlebihan).
  • Pemenuhan hidup sesuai dengan kemampuan dan sesuai dengan prinsip 6SA (sakbutuhe (sebutuhnya), saperlune (seperlunya), sacukupe (secukupnya), sabenere (sebenarnya), samesthine (semestinya), dan sakpenake (sepantasnya)).
  • Mampu mengendalikan diri

Terdapat 5 standar minimun kesejahteraan (5W):

  • Wareg berarti mampu memenuhi kebutuhan pangan sesuai dengan kebutuhan fisiknya akan gizi.
  • Waras berarti mampu memenuhi kesehatan fisik maupun non fisik.
  • Wastra berarti mampu memenuhi kebutuhan dalam bidang sandang secara wajar.
  • Wisma berarti mampu memenuhi papan atau perumahan yang sehat dan wajar.
  • Wasita berarti mampu memenuhi kebutuhan  bidang pendidikan dan seni budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun