Mohon tunggu...
Shelbi Aisyah
Shelbi Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengungkap Perjalanan Tokoh Utama dalam Novel Rapijali 1 (Mencari) Karya Dee Lestari Psikoanalisis Sigmund Freud

9 Desember 2024   09:00 Diperbarui: 9 Desember 2024   09:06 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengungkap Perjalanan Tokoh Utama dalam Novel Rapijali 1(Mencari) Karya Dee Lestari

Psikoanalisis Sigmund Freud

Shelbi 'Aisyah

Novel "Rapijali 1 series mencari" karya Dee Lestari menjadi fokus analisis ini, mengisahkan perjalanan seorang tokoh utama bernama Lovinka, yang akrab disapa Ping. Dalam cerita ini, Ping, seorang gadis muda berbakat di bidang musik, menghadapi konflik batin yang mendalam. Ia terjebak dalam dilema antara mengejar impiannya sebagai musisi atau memilih jalur hidup yang lebih realistis. Selain itu, ia harus beradaptasi dengan lingkungan barunya di Jakarta, yang penuh dengan modernitas dan kecepatan, sangat berbanding terbalik dari kehidupannya yang tenang dan sederhana di Batu Karas. Tekanan untuk menyesuaikan diri semakin berat, terutama karena ia tinggal bersama keluarga calon gubernur yang sebelumnya tidak dikenalnya, membuat proses adaptasinya menjadi semakin menantang.  Isu utama yang diangkat dalam novel ini berfokus pada konflik sosial dan tekanan batin yang dialami Ping, bersamaan dengan pencarian jati dirinya. Permasalahan ini sangat relevan dengan dinamika kehidupan modern, di mana individu sering kali berhadapan dengan tekanan sosial dan ekspektasi yang bertentangan dengan aspirasi pribadi mereka. Dalam menganalisis konflik yang dialami Ping, digunakan pendekatan psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, yang membagi struktur kepribadian menjadi tiga komponen utama: id, ego, dan superego. Ketiga elemen ini berinteraksi untuk membentuk pola pikir dan perilaku individu. Id merupakan bagian paling primitif dari kepribadian, didorong oleh naluri dasar untuk memenuhi kebutuhan. Ego berfungsi sebagai mediator antara id dan superego, berupaya menyeimbangkan keinginan yang impulsif dengan realitas di sekitarnya. Sementara itu, superego mencerminkan norma moral dan sosial yang terbentuk melalui pengalaman dan lingkungan seseorang.

Dalam novel ini, dinamika antara ketiga komponen tersebut tercermin dari berbagai kutipan yang menggambarkan konflik internal Ping. Salah satu misalnya, terlihat dalam percakapan antara Yuda dan Ping, ketika Yuda bertanya, "Kamu masih mau sekolah musik, kan?".  Respons Ping menunjukkan keraguannya, sebab selama ini impian studinya di bidang musik hanya dianggap lelucon oleh kakeknya, yang berpendapat bahwa pendidikan musik tidak menjanjikan kehidupan yang stabil. Pendapat ini jelas mencerminkan tekanan dari lingkungan yang membentuk konflik internal dalam diri Ping. Komponen ego terlihat ketika Ping berusaha memahami keputusan kakeknya yang mengatur masa depannya tanpa memberi ruang untuk pilihan. Saat ia mendengar bahwa kakeknya telah menemui seseorang di Jakarta untuk merencanakan masa depannya, ia merasakan keterkejutkan dan kebingungan. Perasaan ini menunjukkan usaha Ping untuk memahami realitas yang dihadapinya, meski bertentangan dengan keinginannya untuk bebas menentukan jalan hidupnya sendiri. Sementara itu, superego tampak dalam proses adaptasi Ping terhadap lingkungan barunya. Meskipun awalnya ia merasa asing di kamar tidurnya yang baru, seiring waktu, ia berusaha nyaman dengan keadaan rumah Guntur selain itu ping juga mampu beradaptasi di sekolah dengan baik sehingga memiliki teman teman dekat hingga mampu menjadi asisten guru music hingga ia merasakan mulai nyaman jika berkunjung ke rumah Rakai. Ini menunjukkan bahwa nilai-nilai moral dan sosial yang diinternalisasi oleh Ping mulai mempengaruhi cara ia menerima perubahan dan beradaptasi dengan situasi baru.

Dari sudut pandang psikoanalisis, perjalanan Ping dalam novel ini mencerminkan kompleksitas dinamika kepribadian. Dorongan dari id yang merindukan kebebasan untuk mengejar impian musiknya sering kali bertentangan dengan tuntutan realitas yang dipahami oleh ego serta nilai-nilai moral yang diwakili oleh superego. Ketegangan antara ketiga komponen ini menciptakan konflik yang menjadi inti dari cerita di "Rapijali 1". Secara keseluruhan, novel ini bukan hanya mengisahkan perjalanan seorang individu yang menghadapi berbagai tantangan dalam hidup, tetapi juga menggambarkan kekayaan kompleksitas psikologis yang dialami manusia dalam menjalani keseharian. Melalui lensa teori psikoanalisis Sigmund Freud, pembaca diajak untuk memahami bagaimana interaksi antara id, ego, dan superego berpengaruh terhadap keputusan dan perilaku individu, terutama dalam konteks konflik batin dan pencarian identitas diri. Analisis ini juga merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Angga, Saputra, dan Kurniawan (2024) mengenai dinamika kepribadian dalam karya sastra lain, khususnya pada cerita pendek "Rupanya Aku Bisa" karya Maria Klavia. Temuan dari studi tersebut semakin memperkuat pendekatan psikoanalisis dalam mengeksplorasi kompleksitas karakter dalam karya sastra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun