Mohon tunggu...
Shyfa Aulia Poetri Cahyani
Shyfa Aulia Poetri Cahyani Mohon Tunggu... Apoteker - S1 Farmasi

Seorang Mahasiswi S1 Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kebocoran Data Pada Pasien

9 Januari 2025   23:09 Diperbarui: 10 Januari 2025   06:38 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kebocoran data kesehatan digital pasien merupakan isu yang sangat serius karena data ini mengandung informasi pribadi yang sangat pribadi dan sensitif, seperti rekam medis, riwayat penyakit, hasil laboratorium, dan identitas pasien. Ketika data ini bocor ke publik, dampaknya dapat meluas mulai dari privasi individu, keamanan data, hingga reputasi penyedia layanan kesehatan. Data kesehatan pasien adalah data yang dilindungi secara hukum di banyak negara. Dampak dari kebocoran data kesehatan sendiri adalah hilangnya kepercayaan. Kebocoran data ini melanggar hak privasi pasien dan dapat menyebabkan ketidakpercayaan terhadap penyedia layanan kesehatan. Data kesehatan yang bocor dapat disalahgunakan untuk tujuan kriminal, seperti pencurian identitas, pemalsuan klaim asuransi, atau bahkan pemerasan. Hal ini menempatkan pasien dalam keadaan yang sangat rentan. Selain dampak pada individu, institusi yang mengalami kebocoran data menghadapi potensi kerugian finansial akibat tuntutan hukum, denda, atau kompensasi kepada pasien yang terdampak. Reputasi institusi tersebut juga dapat rusak, dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap layanan mereka.

Kebocoran data kesehatan sering kali menjadi indikasi adanya kelemahan dalam sistem penyimpanan digital, baik dari segi teknologi maupun manajemen. Beberapa faktor penyebab utama adalah Sistem penyimpanan yang tidak menggunakan protokol keamanan terkini, seperti enkripsi data atau otentikasi dua faktor, lebih rentan terhadap serangan siber. Banyak institusi kesehatan yang masih kurang dalam alokasi anggaran untuk keamanan siber, terutama di negara berkembang. Kurangnya pelatihan untuk staf terkait juga memperburuk situasi.

Untuk memastikan sistem penyimpanan data digital lebih aman, terdapat langkah-langkah yang dapat diterapkan, seperti menggunakan enkripsi tingkat tinggi, memberikan pelatihan rutin kepada staf tentang keamanan data dan cara menghindari serangan siber sangat penting, Institusi kesehatan harus mematuhi regulasi perlindungan data yang berlaku, seperti HIPAA (Health Insurance Portability and Accountability Act) di Amerika Serikat atau UU PDP di Indonesia, elakukan audit berkala terhadap sistem penyimpanan data dapat membantu mengidentifikasi celah keamanan sebelum dieksploitasi oleh pihak tidak bertanggung jawab.

Kebocoran data kesehatan digital pasien merupakan peringatan bahwa keamanan sistem penyimpanan digital masih memiliki banyak kelemahan. Untuk mengatasi tantangan ini, dibutuhkan kombinasi antara teknologi canggih, regulasi yang ketat, serta kesadaran dan kepatuhan semua pihak yang terlibat. Keamanan data bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan mendesak dalam era digital saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun