Begitu mendapat tawaran menjuri dari Bang Horas (jujur, saya tidak tahu apa yang membuat pendiri Pulpen ini memercayai saya) untuk sayembara cerpen pulpen ke-15, edisi khusus Kongsi Kompasiana, saya sempat berpikir dua kali, hingga akhirnya tawaran tersebut saya setujui.
Tugas ini lumayan berat, tetapi saya senang dapat mengeksplorasi berbagai perspektif dan gaya tulisan yang berbeda, apalagi pada event yang amat teristimewa ini. Sampai batas waktu yang telah ditentukan, cerpen yang masuk berjumlah 33. Waw!
Dilematika Penentuan Cerpen Juara
Beginilah perasaan dilematis dalam menentukan juara ketika harus berhadapan dengan beragam cerita: Pusing. Mungkin ini alasan terbesar yang dihadapi para juri sebuah lomba.
Saya tidak akan mengulas bagaimana mumetnya kepala menentukan cerpen terbaik. Apalagi, saya sangat paham, untuk jumlah kata yang terbatas hanya 700 kata, penulis tentu sangat kesulitan menyampaikan pesannya secara detail. Namun, saya pun memahami kesulitan tersebut karena keterbatasan durasi pembacaan cerpen pada event Kongsi juga menjadi pertimbangan utama.
Lima Cerita TerbaikÂ
Baiklah. Setelah membaca berulang-ulang, saya pun mencoba keras memahami pesan yang ingin disampaikan oleh si Penulis. Dengan mempertimbangkan pesan kuat tersebut dari cerita yang tersaji, saya memutuskan bahwa inilah daftar lima cerita terbaik.
1. Upacara Bendera - Rosul Jaya Raya
Cerpen ini menarik karena berhasil menyatukan dua alur waktu yang berbeda dengan cerdas, yaitu masa kini seorang santri di pesantren dan masa lalu seorang pejuang kemerdekaan. Narasi yang kaya dengan deskripsi visual membawa pembaca langsung ke dalam situasi dan emosi tokoh.Â
Menggabungkan perspektif masa kini dan masa lalu, cerpen ini menggambarkan bagaimana sejarah tetap relevan dan mempengaruhi kehidupan generasi muda. Konflik batin tokoh utama mengenai keharusan mengikuti upacara bendera versus keinginannya membaca, serta pertemuan imajiner dengan arwah kakeknya, menambahkan dimensi psikologis yang kuat.Â
Saya menangkap bahwa pesan yang ingin disampaikan penulis dalam cerita ini adalah pentingnya menghargai dan menghormati perjuangan para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan dan kebebasan yang dinikmati saat ini. Penulis menggarisbawahi bahwa upacara bendera bukan sekadar ritual formal, tetapi merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap sejarah perjuangan bangsa dan pahlawan yang telah berjuang keras demi kemerdekaan.
Meskipun kelemahan cerita ini terletak pada pergantian alur waktu antara masa kini dan masa lalu yang terasa absurd tanpa penanda yang jelas, sehingga mengurangi kelancaran narasi, serta dialog antara tokoh utama dan arwah kakeknya juga terkesan agak dipaksakan, tetapi cerpen ini saya nilai terbaik dari semua cerpen yang lain.Â
2. Rumah di Ujung Ladang Milik Pak Tua - Rangga Dipa
Cerpen ini menarik perhatian saya karena berhasil menggambarkan kesepian dan penyesalan Pak Tua dengan sangat mendalam dan emosional. Setting yang sunyi di ladang warisan keluarga, lengkap dengan anjing setia dan kotak pos berkarat yang selalu kosong, menciptakan suasana melankolis yang menggugah perasaan.
Melalui ingatan-ingatan Pak Tua tentang masa lalunya bersama keluarga, cerpen ini menyoroti tema universal tentang kehilangan, penyesalan, dan harapan yang tak kunjung datang. Penggunaan deskripsi detail, seperti pohon mahoni tua dan adegan keluarga yang penuh kenangan, menambah kekuatan narasi dan membuat pembaca dapat merasakan kehangatan sekaligus kepedihan yang dialami oleh Pak Tua. Interaksi dengan anjingnya dan monolog kepada angin yang dianggap sebagai roh istrinya memberikan dimensi spiritual yang mendalam, menambah kekayaan cerita.
Meski repetisi dalam menggambarkan kesedihan Pak Tua tanpa memberikan perkembangan signifikan dalam plot membuat cerita terasa monoton, tetapi pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kurang lebih adalah penyesalan yang datang terlambat dan pentingnya menjaga hubungan keluarga. Pak Tua, yang hidup menyendiri di ladangnya, mencerminkan dampak buruk dari keputusan impulsif yang diambil dalam kemarahan, yang akhirnya menyebabkan keterasingan dari anak-anaknya. Cerita ini menggarisbawahi nilai penting komunikasi yang baik, pengertian, dan dukungan dalam keluarga. Selain itu, penulis juga menunjukkan bahwa waktu yang hilang tidak bisa diputar kembali, dan penyesalan tidak dapat menghapus tindakan yang telah dilakukan.
3. Kongsi Dukun Lintrik - Kartika E.H.Â
Jujur, menentukan juara ketiga ini lebih memusingkan kepala saya daripada menentukan juara pertama dan kedua. Setelah berkutat dengan pergolakan batin (segitunya), akhirnya saya memutuskan cerita ini masuk dalam jajaran juara.
Mungkin tidak banyak atau sangat jarang bahwa cerita dengan genre komedi masuk ke dalam kriteria juara. Terlepas dari unsur humornya yang sebagian menilainya sepele, saya malah melihat "sesuatu" yang ingin disampaikan oleh penulis.
Cerita "Kongsi Dukun Lintrik" memiliki pesan tentang bahaya dan konsekuensi dari mencari solusi instan dan tidak rasional dalam menghadapi masalah pribadi. Tokoh utama, yang sedang patah hati setelah putus dengan pacarnya, memilih jalan pintas dengan meminta bantuan dukun lintrik untuk mengembalikan kekasihnya, alih-alih menghadapi kenyataan dan menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih sehat dan logis.
Cerita ini menarik karena menggabungkan elemen humor, misteri, dan supranatural dalam alur cerita yang menghibur dan tak terduga serta budaya lokal dan kuliner yang khas, menampilkan kekayaan tradisi Indonesia.
Selain itu, cerita ini menyoroti aspek spiritual dan tradisional melalui tokoh seperti Ustaz Burhan dan Bik Ikah, dukun lintrik yang mempraktikkan ilmu pengasihan kuno. Hal itu menunjukkan bagaimana kepercayaan lokal dan mistisisme masih hidup di masyarakat. Interaksi antara karakter-karakter dalam cerita menggambarkan dinamika sosial dengan dialog yang hidup dan humor yang menyegarkan, menjadikan cerita ini tidak hanya sebuah narasi yang menghibur tetapi juga cerminan dari kehidupan sehari-hari yang dipenuhi dengan keunikan budaya Indonesia. Kombinasi unik dari elemen-elemen tersebut membuat cerpen ini layak menjadi juara ketiga dalam kompetisi.
Kelemahan cerita ini terletak pada adanya plot yang terasa terlalu dramatis dan kurang realistis, terutama dalam adegan dengan dukun lintrik dan hasil yang instan dari ritual tersebut. Hal ini bisa mengurangi kredibilitas cerita bagi pembaca yang lebih menyukai alur yang realistis. Selain itu, penggambaran Nina yang tiba-tiba berubah secara drastis tanpa penjelasan mendalam bisa terasa klise dan kurang menggugah emosi.
4. Kekuasaan - Nikodemus Yudho Sulistyo
Cerita ini masuk dalam kategori lima cerita terbaik karena keunikannya menggabungkan elemen fiksi ilmiah dengan isu sosial secara brilian. Narasi yang menggugah tentang perubahan drastis dalam struktur masyarakat akibat virus misterius memberikan perspektif baru tentang dinamika gender dan kekuasaan. Alur ceritanya inovatif, mengeksplorasi skenario yang belum pernah ada sebelumnya, dan menyajikan pergeseran kekuasaan dengan cara yang menarik.
Pesan yang ingin disampaikan cerita ini adalah tentang kekuatan adaptasi dan perubahan sosial yang radikal. Melalui perubahan fisik yang drastis antara laki-laki dan perempuan, cerita ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana kekuasaan, peran sosial, dan dinamika gender dapat berubah secara drastis dalam situasi ekstrem. Cerita ini juga mengkritisi struktur kekuasaan yang ada dan menunjukkan bahwa ketika satu kelompok mendominasi yang lain, ketidaksetaraan dan ketidakadilan pasti akan terjadi.
Kelebihan cerita ini terletak pada premis yang sangat orisinal dan menarik. Cerita ini berhasil mengangkat isu gender dan kekuasaan dengan cara yang inovatif, memaksa pembaca untuk mempertimbangkan ulang pemahaman mereka tentang dinamika sosial dan peran gender.
Namun, kekurangan cerita ini adalah adanya beberapa elemen yang terasa terlalu dramatis dan kurang realistis, terutama dalam transformasi fisik yang sangat ekstrem dan perubahan sosial yang terjadi secara cepat. Beberapa bagian cerita mungkin terasa terlalu klise, seperti penggambaran laki-laki yang tiba-tiba menjadi sangat lemah dan tidak berguna.
5. Bagaimana Ayah Menyakiti Hatimu? - Isra Nabila Harmelia Putri
Cerita ini masuk dalam kategori lima cerita terbaik karena menyentuh tema yang sangat emosional dan kompleks mengenai hubungan antara ayah dan anak. Narasi yang disajikan mampu menggambarkan berbagai perspektif dan pengalaman pribadi yang mendalam tentang penderitaan dan trauma yang dialami anak-anak dari ayah mereka.
Dengan menggunakan latar Hari Ayah Nasional, cerita ini berhasil menghadirkan refleksi mendalam yang memaksa pembaca untuk merenungkan hubungan pribadi mereka sendiri. Penggunaan berbagai karakter dengan latar belakang yang berbeda-beda memperkaya cerita dan memberikan kedalaman emosional. Selain itu, cerita ini berhasil menggambarkan sisi gelap dari hubungan ayah dan anak yang jarang dibahas secara terbuka. Pendekatan naratif yang introspektif dan dialog-dialog yang menyentuh hati memberikan dimensi baru dalam memahami dinamika keluarga dan trauma masa lalu.
Kekurangan cerita ini terletak pada pendekatannya yang sangat emosional dan bisa terasa berat bagi sebagian pembaca. Intensitas emosional yang tinggi dapat membuat cerita ini sulit dibaca dalam satu kali duduk bagi mereka yang memiliki pengalaman traumatis serupa. Selain itu, alur cerita terasa sedikit terlalu padat, sehingga mengurangi ruang pengembangan karakter lebih lanjut.
Demikianlah hasil penilaian saya. Saya pun tidak menampik bahwa setiap cerpen yang masuk memiliki nilai-nilai dan keunikan tersendiri. Setiap penulis telah menghadirkan sudut pandang dan emosi dengan cara yang sangat pribadi, mengangkat tema-tema yang bervariasi dari kehidupan sehari-hari hingga petualangan yang fantastis. Sebagai juri dalam sebuah lomba cerpen, saya merasa terhormat dapat menilai karya-karya kreatif dari berbagai penulis.
Namun, saya sadar bahwa sebagai manusia, kesempurnaan dalam penilaian tidak selalu dapat dicapai. Apabila dalam penilaian saya masih terdapat kekurangan atau ketidaksempurnaan, saya dengan tulus memohon maaf. Ini adalah pengalaman yang berharga bagi saya sebagai juri, di mana saya belajar untuk lebih menghargai kerja keras dan kekreatifan setiap peserta. Perbedaan persepsi dan penilaian adalah hal yang wajar dalam setiap kompetisi sastra, dan saya berkomitmen untuk terus meningkatkan kemampuan saya dalam memberikan penilaian yang adil dan komprehensif di masa depan.
Terima kasih kepada semua peserta yang telah berpartisipasi, dan semoga lomba ini menjadi motivasi bagi para penulis untuk terus berkarya dan mengasah kemampuan sastra kita bersama.
---
Shyants Eleftheria, Osce te IpsumÂ