Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menelisik Karakteristik Pola Pikir di Balik Cerita "Kelinci dan Kura-kura"

8 September 2023   19:28 Diperbarui: 9 September 2023   01:41 1526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar orang mungkin mengetahui cerita fabel tentang "Kelinci dan Kura-kura" yang berlomba lari. Awalnya, kelinci mengira kura-kura sedang bercanda karena menantangnya berlari, maka ia menertawakannya. Bagi kelinci, itu adalah sebuah kemustahilan karena kelinci terkenal gesit dan kura-kura lamban. Namun, ternyata kura-kura bersungguh-sungguh, jadi kelinci menerima tantangan itu.

Seperti yang kelinci perkirakan sebelumnya, ia tidak membutuhkan waktu lama untuk berada jauh mengungguli kura-kura. Karena terlalu percaya diri, ia memutuskan untuk berhenti di tengah jalan dan tidur di bawah pohon. Ia juga percaya bahwa meskipun kura-kura itu melewatinya, ia masih akan menang dengan mudah.

Namun, ketika terbangun dari tidurnya, kelinci menyadari bahwa ia telah tertidur lebih lama dari yang ingin ia rencanakan. Dengan panik, ia bergegas ke garis finish dan menemukan kenyataan pahit bahwa kura-kura sudah menang.

Pesan apakah yang bisa diambil dari cerita tersebut? 

Ya, bahwa seseorang tidak boleh meremehkan lawan yang lebih lemah; dan terlalu percaya diri dapat menyebabkan kejatuhan seseorang. Namun, ada hal lain yang perlu ditelisik dari cerita tersebut, yaitu mengenai pola pikir.

Cerita "Kelinci dan Kura-kura" ini sebenarnya membawa pembahasan lebih lanjut mengenai dua karakteristik pola pikir, yaitu pola pikir tetap (fixed mindset) dan pola pikir berkembang (growth mindset).

Pemahaman pola pikir tetap (fixed mindset) dan pola pikir berkembang (growth mindset)

Pola pikir tetap menunjukkan bahwa kemampuan seseorang adalah bakat bawaan dan tidak dapat diubah, sedangkan pola pikir berkembang lebih mengacu pada peningkatan seseorang melalui usaha. Dalam cerita "kelinci dan kura-kura" ini, pola pikir tetap diwakilkan oleh kelinci dan pola pikir berkembang diwakilkan oleh kura-kura.

Kelinci mengandalkan karakteristik bawaannya, terutama kecepatan berlarinya, sehingga berpikiran arogan terhadap lawannya. Kura-kura, bagaimanapun, memiliki segala rintangan dan tidak mengandalkan bakat dan kemampuan alami. Kura-kura mewujudkan ketekunan, disiplin, usaha dan tekad.

Terlepas dari situasi keberuntungan---tentu saja, jika kelinci tidak tertidur, kura-kura mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk melawannya---yang seolah-olah menunjukkan benturan dua ekstrem, tetapi hal itu mengingatkan kita bahwa kesuksesan bukan semata-mata bergantung pada keunggulan bakat seseorang melainkan juga dapat dicapai melalui ketekunan dan perbaikan diri terus-menerus.

Bagaimana sikap orang-orang dengan pola pikir tetap?

Seseorang dengan kecerdasan di atas rata-rata dan kecenderungan bakat alami untuk memiliki banyak keterampilan, mulai dari kreativitas hingga pemahaman ide-ide kompleks, membuatnya percaya bahwa kemampuan alamiahnyalah yang akan menjamin kesuksesannya.

Maka seseorang berpola pikir tetap tersebut tidak bekerja untuk meningkatkan dirinya, tetapi lebih fokus untuk membuktikan kecemerlangan bakat bawaannya sehingga seiring waktu, dia menjadi puas diri, menolak umpan balik, dan merasa sombong untuk terlibat dalam peningkatan kemampuannya.

Dia juga tidak dapat membayangkan bahwa orang yang kurang berbakat bisa menjadi lebih sukses dan terampil hanya melalui usaha dan kerja keras. Ketika sikapnya kemudian menghalangi kesuksesannya dan melihat orang-orang yang kurang berbakat secara alami mencapai kesuksesan lebih darinya, itu membuatnya kesal dan getir.

Sebenarnya, orang-orang dengan pola pikir tetap mengharapkan kemampuan mereka muncul dengan sendirinya. Ketika menghadapi kesulitan, minat dan kesenangan mereka pun menurun.

Orang-orang dengan pola pikir tetap tidak tertarik pada pertumbuhan dan perkembangan pribadi saat mereka menghadapi tantangan. Mereka lebih tertarik untuk mengkonfirmasi bakat bawaan mereka, baik itu kecerdasan, kecantikan fisik, keterampilan, atau apapun yang mereka miliki yang membedakan mereka dari orang lain.

Orang-orang dengan sikap seperti itu enggan untuk berubah. Mereka menghindari tantangan dan percaya bahwa potensi mereka telah ditentukan sebelumnya.

Bagi mereka, tidak ada gunanya mencoba, seperti yang dilakukan kura-kura karena dua alasan: Pertama, kura-kura tidak diciptakan untuk balapan; dan kedua, peluang untuk menang hampir tidak ada. Dengan menantang kelinci untuk berlomba, kura-kura akan terlihat bodoh. Jadi, mengapa repot-repot?

Bagaimana dengan sikap orang-orang yang berpola pikir berkembang?

Orang-orang dengan pola pikir berkembang justru mengasumsikan bahwa mereka dapat mengembangkan kemampuan melalui dedikasi, latihan, dan peningkatan berkelanjutan. Mereka menerima tantangan karena melihatnya sebagai cara pengembangan pribadi. Tantangan dan kemunduran bukanlah untuk ditakuti, melainkan kesempatan untuk tumbuh dan belajar.

Oleh karena itu, ketika merangkul kegagalan, mereka tidak mengalaminya sebagai serangan terhadap ego, tetapi hanya sebagai batu loncatan menuju kesuksesan. Mereka juga menerima kritik karena umpan balik ini dapat membantu mereka berkembang.

Orang-orang dengan pola pikir berkembang umumnya antusias untuk belajar dan tidak membiarkan praduga tentang diri mereka sendiri. Mereka percaya bahwa pengembangan diri mereka dapat secara signifikan mempengaruhi masa depan mereka. Sementara orang-orang dengan pola pikir tetap akan memercayai bahwa lintasan hidup mereka tetap, berdasarkan sifat yang melekat pada diri mereka.

Mengapa orang-orang lebih suka menghindari tantangan dan stagnan daripada menerima tantangan yang dapat mengarah pada pertumbuhan pribadi?

Mengapa seseorang begitu menentang kritik, padahal kunci perbaikan diri bisa berasal dari kritikan tersebut? Tampaknya 'egoisme' pola pikir tetap memainkan peran penting di sini. Salah satu permasalahan orang-orang dengan pola pikir tetap adalah keengganan mereka untuk gagal. Mereka menolak menjadi bodoh, tetapi mempelajari sesuatu yang baru adalah hal yang mustahil bagi mereka.

Pola pikir tetap berarti kejelasan, stabilitas, konsistensi, dan keamanan mempertahankan status quo. Ketika memasuki wilayah baru yang tidak dikenal, orang-orang dengan pola pikir ini memiliki ketakutan tersendiri karena ketidakyakinan terhadap pengandalan keahlian. Itu artinya bakat alamiah mereka akan menantang citra diri superioritas mereka. Mereka tidak akan begitu pintar dan cerdas di bidang yang bukan keahlian mereka, sehingga analoginya seperti seorang filsuf jenius akan menjadi bodoh sebagai pekerja konstruksi.

Mereka terikat pada citra diri tertentu yang mengatakan bahwa mereka adalah yang terbaik di bidangnya, maka pergi ke tempat yang bukan diri mereka bisa menjadi prospek yang menakutkan dan tidak nyaman.

Oleh karena itu, banyak orang lebih memilih untuk tetap berada di tempat mereka, aman dan terjamin, sesuai dengan cara mereka melihat diri mereka sendiri. Mereka beranggapan bahwa kesuksesan adalah elemen terpenting dari setiap aktivitas. Dengan demikian, dalam pola pikir tetap, gagal atau tidak menjadi yang terbaik, semuanya berarti sia-sia.

Apakah seseorang dapat melakukan lebih dari yang dia pikirkan?

Pola pikir berkembang dapat membantu seseorang melihat melampaui keyakinannya yang realistis tentang kemungkinannya untuk bertumbuh secara pribadi. Secara keseluruhan, itu hal yang positif, terutama karena kebanyakan orang mungkin cenderung meremehkan nilai dan keefektifan kerja keras.

Dalam banyak kasus, keterampilan dan atribut dapat dikembangkan melalui usaha. Selain itu, pola pikir berkembang tidak hanya untuk orang-orang yang giat dan ambisius, tetapi juga dapat bermanfaat bagi mereka yang ingin mengatasi ketakutan dan hambatan lainnya.

Berbeda dengan seseorang berpola pikir tetap yang melihat kegagalan sebagai sesuatu yang permanen, seseorang dengan pola pikir berkembang justru melihat kegagalan sebagai kesempatan untuk belajar, bahkan memperbaiki diri.

Sebagai contohnya, kura-kura mencoba sesuatu yang menantang meski kemungkinan gagalnya besar, tetapi itu tidak menghentikannya untuk berusaha. Satu-satunya fakta bahwa kura-kura menyelesaikan perlombaan adalah pencapaiannya sendiri yang luar biasa, bahkan pengembangan dirinya melampaui kemampuan bawaan seekor kelinci.

Akan tetapi, merangkul konsep pola pikir berkembang faktanya juga dapat menimbulkan beberapa ancaman karena jatuh ke dalam perangkap melebih-lebihkan kemampuan diri.

Meskipun orang-orang berpola pikir berkembang dapat memperluas diri mereka melampaui batas kemampuan bawaan, tetapi kemungkinan pencapaian kemampuan mereka juga ada batasnya. Jangan sampai kemudian terjadi positivitas palsu, yaitu memaksakan kemampuan diri sehingga menjadi ancaman dalam menetapkan ekspektasi yang tidak realistis.

Kura-kura mungkin berlatih berjam-jam dalam seminggu, tetapi secara biologis, ia tidak akan melampaui kecepatan tertinggi kelinci. Jika menurutnya tujuan itu realistis, ia menipu dirinya sendiri, walaupun bukan berarti kura-kura tidak bisa berkembang.

Namun demikian, pola pikir berkembang adalah konsep yang membuka mata dan membantu menghilangkan keyakinan yang membatasi irasional. Jadi, seseorang dengan pola pikir berkembang akan percaya bahwa keterampilan dan atribut dapat dikembangkan---dan ia tidak mudah menyerah.

Individu ini juga lebih tangguh daripada seseorang dengan pola pikir tetap karena kepercayaannya terhadap proses dan keyakinan bahwa latihan dan usaha pada akhirnya akan membawa kemajuan.

Bagi seseorang dengan pola pikir berkembang, mengambil tantangan yang mendorongnya ke wilayah baru pada akhirnya merupakan sebuah keindahan.

Hal tersebut akan menunjukkan kepada dirinya sendiri dan orang lain bahwa kerja keras telah terbayar. Itu artinya, secara keseluruhan, seseorang  mungkin dapat melakukan lebih dari yang dia pikirkan.

---

-Shyants Eleftheria, Life is a Journey-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun