William Cuthbert Faulkner, penulis dari Mississippi, Amerika Serikat, yang memenangkan penghargaan Nobel Sastra pada 1949, pernah berkata, "Membacalah, kamu akan menyerapnya, lalu menulislah."
Ketika kita mendengarnya, perkataan Faulkner tersebut seperti mengisyaratkan bahwa selain menulis, sebaiknya penulis membiasakan juga untuk membaca. Lantas, apakah untuk menjadi penulis yang baik, seseorang harus membaca banyak buku?
Pertanyaan semacam itu kerap kali diutarakan oleh seorang penulis. Penulis sering merasa bersalah karena tidak cukup membaca dan seolah-olah perlu mencapai "ambang" ajaib supaya dianggap cukup membaca untuk kebutuhan menulis.
Pada kenyataannya, seseorang harus menghargai kualitas daripada kuantitas. Ini bukan tentang berapa banyak buku yang dibaca, tetapi tentang bagaimana seseorang terlibat dengan apa yang dia baca. Hal tersebut sangat sesuai dengan pendapat seorang filsuf Amerika Serikat, Mortimer. J Adler, yang mengatakan bahwa dalam hal buku-buku bagus, intinya bukan untuk melihat berapa banyak dari buku-buku itu yang dapat seseorang baca, tetapi berapa banyak yang seseorang dapat terima.
Secara umum, penulis yang kurang suka---atau tidak banyak---membaca dalam hidupnya terkadang memiliki ketakutan terburuk bahwa kebiasaannya itu akan terkonfirmasi atau tervalidasi dengan sendirinya. Nah, sebuah pertanyaan kembali muncul. Bisakah seseorang menjadi penulis jika tidak membaca? Jawaban singkatnya adalah "ya" dan "tidak".
Â
Kaitan menulis dan membaca
Menulis adalah bentuk ekspresi diri yang bisa dilakukan oleh setiap orang. Namun, dalam hal membaca, bagi beberapa orang, khususnya penulis, membaca mungkin membutuhkan banyak waktu dan energi, entah itu disebabkan oleh beban pekerjaan lain atau hambatan menulisnya sendiri. Dengan keterbatasan itu, maka kecenderungan seseorang seakan-akan harus memilih antara menulis atau membaca.
Banyak yang mengatakan, menjadi penulis tanpa menjadi membaca seperti seseorang yang mencoba membuat simfoni lagu saat dia tidak terlalu banyak mendengarkan musik klasik; atau seseorang yang membuka restoran saat dirinya tidak tahu apa-apa tentang bisnis dan memasak. Menulis tanpa sering membaca juga dianggap sama halnya berbicara tanpa mendengarkan. Suaranya ingin didengar tanpa berusaha mempelajari apa yang telah dikatakan dan dilakukan orang lain sebelumnya.
Tentang hal ini, mengutip dari memoar seorang penulis kontemporer terkenal Amerika Serikat, Stephen Edwin King, yang mengatakan, "Kita harus membaca secara luas, lalu menyempurnakan sendiri (mendefinisikan ulang) bacaan itu saat kita sedang melakukannya. Sulit bagi saya untuk percaya bahwa dalam beberapa kasus, orang-orang membaca sangat sedikit atau tidak sama sekali dan mereka berani menulis dan mengharapkan orang lain menyukai apa yang telah mereka tulis, meski saya tahu itu benar. Setiap orang yang pernah mengatakan kepada saya bahwa dia ingin menjadi seorang penulis tetapi tidak punya waktu untuk membaca, bisakah saya berterus terang tentang hal itu? Jika tidak mempunyai waktu untuk membaca, Anda tidak memiliki "makanan" untuk menulis---sederhananya seperti itu."
Â