Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Cinta yang Nyaris Terlupakan

7 Februari 2022   14:19 Diperbarui: 10 Februari 2022   22:22 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cinta yang Nyaris Terlupakan| by Pixabay/MayaQ

Pagi itu, pukul sepuluh, Parker membuka layar ponsel dan mencari satu nama di sana. Dia kemudian menimbang-nimbang apakah akan menghubungi nomor tersebut atau tidak, mengingat kesibukan orang-orang yang masih bekerja sebab hari itu bukanlah hari libur. 

Namun, akhirnya pria tua itu memutuskan untuk menekan ponselnya. Tatkala nada sambungnya berbunyi, lalu terdengar olehnya suara Nick, putranya, dia pun mencoba bertanya apakah Nick bisa meluangkan waktu untuknya hari itu sebab dia ingin sekali berjalan-jalan.

"Baiklah, Ayah. Tunggulah sebentar setelah saya menyelesaikan pekerjaan."

Jawaban Nick membuat pria enam puluhan itu mengembuskan napas berat di antara pikiran dan perasaannya yang bimbang mengenai Nick. Dia mengetahui bahwa Nick sangat sibuk bekerja dan hampir tidak memiliki waktu untuk mengunjunginya lagi. 

Orang tua dan anak itu memang telah jarang bertemu sejak Nick memilih tinggal di apartemen di pusat kota, sedangkan Parker, seorang diri, lebih betah menghuni rumah lawasnya di sudut kota itu; istrinya sudah lama meninggal dunia beberapa saat setelah melahirkan putra mereka itu.  

Maka, setelah tiga jam berselang, ketika mendengar bunyi klakson mobil tiga kali dari depan rumahnya, hati Parker bergemuruh senang seolah-olah itu adalah isyarat kebahagiaan untuknya, tetapi rupa-rupanya Nick menunjukkan reaksi yang berbeda.

"Ayah, saya kira hari ini bukan waktu yang tepat untuk kita jalan-jalan." Parker terdiam dan Nick buru-buru meralat ucapannya. "Maksudnya, saya hanya memiliki dua jam ke depan dan saya rasa itu cukup untuk kita sekadar berjalan-jalan. Baiklah ... baiklah, Ayah hendak pergi ke mana?"

Parker hanya menjawab singkat, "Taman. "

Taman yang dimaksud Parker adalah taman di pusat kota yang sudah lama ada. Dahulu, ketika Nick kecil, Parker kerap mengajak putranya itu ke taman tersebut. 

Yang diingatnya, saat itu Nick berlonjak-lonjak riang tatkala mereka melintasi jembatan di atas danau kecil di sana dan melihat air mancur yang indah serta koloni pelikan yang berenang di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun