Apakah kamu termasuk orang yang pemarah atau mudah tersulut amarah? Atau apakah kamu justru termasuk orang yang mampu meredam amarah? Jawabannya, kamu dan (mungkin) orang-orang terdekatmu yang bisa mengetahuinya.
Kemarahan atau marah merupakan emosi negatif yang hadir ketika kamu melihat, mendengar, atau merasakan suatu peristiwa yang tidak sesuai dengan keinginanmu.
Spesifiknya, marah juga bisa datang ketika kamu merasa terancam, terserang, frustrasi, diperlakukan tidak adil, atau ketika kamu tidak dipedulikan oleh orang lain.
Menurut Richard G. Warga dalam buku “Personal Awareness: A Psychology of Adjustment”, marah adalah salah satu emosi dasar manusia, selain senang, sedih, cinta, dan takut.
Sebagaimana emosi dasar, marah tidak hanya dimiliki manusia, tetapi juga dimiliki oleh hewan. Hanya, salah satu perbedaannya terletak pada awareness atau kesadaran.
Artinya, manusia memiliki kesadaran terhadap dirinya sehingga bisa mengontrol amarah dengan berperilaku beda dengan emosi yang dirasakan, sedangkan hewan ketika marah bisa melampaui insting biologisnya, yaitu membunuh.
Nah, apakah ketika marah, kamu bisa semengerikan seperti hewan?
Lantas, mengapa bisa terjadi kemarahan?
Berdasarkan peninjauan ilmiah, ketika kamu dihadapkan pada situasi di luar ekspetasi, amygdala atau bagian otak yang berperan dalam kemunculan emosi menjadi aktif.
Selanjutnya, tubuhmu akan mengeluarkan hormon noradrenaline yang memberi sinyal supaya kamu bersiap-siap untuk melakukan agresi fisik menghadapi situasi.
Hal ini membuat kondisi tubuhmu menjadi tegang, berkeringat, wajah memanas, alis menekuk, mata memelotot, dan bibir menyempit.