“Kau bilang keledaimu dipinjam orang lain, tapi itu suara apa?”
“Kau lebih percaya pada suara keledai, atau pada orang tua yang sudah beruban ini.”
Tetangga itu pulang dengan perasaan dongkol.
Beberapa hari kemudian tetangga itu datang lagi dengan maksud yang sama, meminjam keledai. Nasruddin tak langsung menjawab, tetapi dia meminta waktu agar si Tetangga mau menunggu sejenak. Kemudian, Nasruddin masuk ke rumahnya.
Tidak berapa lama dia kembali menemui orang tadi, sambil berkata, “Aku telah menemui keledaiku dan menyampaikan hasratmu, tetapi ia menolak dengan mengatakan, “Aku sebenarnya ingin membantunya, hanya saja aku tidak suka dengan ucapan cacian dan kadang memukulku.”
“Sejak kapan keledai bisa bicara dan punya pikiran seperti layaknya manusia?” tanya tetangganya itu.
“Itu kenyataannya, Tuan. Begitu banyak keledai bisa bicara, bahkan bermusyawarah dan terkadang mengemukakan pendapat.”
2. CARA KELEDAI MEMBACA BUKU
Alkisah, Timur Lenk menghadiahi Nasruddin seekor keledai. Nasrudin pun menerimanya dengan senang hati. Namun, Timur Lenk memberi syarat: Nasrudin harus mengajari keledai itu membaca terlebih dahulu.
“Dua minggu dari sekarang, kau harus kembali ke sini. Kita lihat apa yang akan terjadi” kata Timur Lenk.
Nasrudin pun berlalu. Sambil menuntun keledai itu, dia memikirkan apa yang hendak diperbuatnya. Nasruddin paham jika dapat mengajari keledai itu membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak, hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.