Sebuah channel Youtube membuat saya tertarik menontonnya. Salah satu kontennya membahas secara umum mengenai perubahan seseorang yang ingin berhasil atas keinginannya. Saya mencoba mengkonversikan isi konten tersebut ke dalam dunia tulis-menulis.
Satu pendapat menyatakan bahwa langkah awal menjadi penulis adalah tulislah apa saja yang ingin kautulis dan lakukanlah secara terus menerus, maka pasti akan membuatmu lebih cepat berhasil. Pendapat ini kemungkinan bisa jadi benar, tetapi tidak sepenuhnya tepat. Mari kita tinjau keadaan awalnya.
Kita, seorang penulis (katakanlah pemula), berkeinginan melakukan perubahan tulisan secara habis-habisan dan sekaligus dalam kurun waktu yang singkat. Namun, lihatlah apa yang terjadi? Keinginan tersebut bisa dipastikan gagal.Â
Mengapa? Karena pada dasarnya manusia itu tidak suka disrupsi—perubahan yang terlalu banyak sehingga menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Meskipun bisa menjadi semacam motivasi pada sebagian orang, perubahan yang tidak nyaman ini akan menjadi semacam resistensi, yaitu perasaan melawan yang ada di dalam diri kita ketika ingin melakukan sesuatu yang kita tahu itu adalah hal penting.Â
Jadi, resistensi yang kita bahas ini bukan terkait disiplin atau motivasi untuk menaklukkan halangan tersebut, melainkan bagaimana kita dengan pintar merendahkan resistensinya supaya lebih mudah maju, terkonsistensi, dan prosesnya bagus.
Kunci untuk merendahkan resistensi ini adalah perubahan sistematik. Targetnya tentu saja perubahan total dan mendasar. Dari sini kita dituntut berpikir dan bertindak secara cerdas terlebih dahulu.Â
Artinya, apa yang kita lakukan merupakan strategi yang memang bisa menaikkan tingkat keberhasilan itu dengan cara tidak gegabah. Kemungkinan prosesnya bisa jadi lebih lama dalam kurun waktu yang ditargetkan, katakanlah tiga bulan (mungkin tidak sesingkat ini), enam bulan, satu tahun, atau bahkan bertahun-tahun. Namun, hasilnya, kita akan benar-benar menjadi penulis dengan karya yang sangat jauh berbeda dari awal menulis.
Langkah apa saja yang kita butuhkan?
Pertama adalah atur tujuan. Kesalahan yang banyak dilakukan penulis pemula ketika mengatur tujuan adalah membuat tujuan terlalu lebar dan tidak spesifik. Misalnya, seseorang ingin buru-buru menerbitkan satu buku atau novel. Itu bagus, tetapi bukan poinnya.Â
Apakah aspirasi menerbitkan buku atau novel benar-benar sebuah keinginan? Mengapa harus menerbitkan buku atau novel? Apa arti di balik tujuan itu? Penjelasan itu adalah prosesnya dan sekadar strategi dengan apa yang menjadi suatu keinginan. Tujuan itu justru menjadi tidak lengkap—dan semestinya kita tahu apa yang mesti diincar hanya dengan membaca pertanyaan sulit tersebut.
Menerbitkan buku atau novel mungkin merupakan sebuah prestise bagi penulis. Dengan demikian, orang-orang akan memberi respect atau perhatian lebih. Hal itu tidak buruk juga.Â