Mohon tunggu...
Shyafira riyadi
Shyafira riyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya memiliki hobi menulis dan gemar mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Beauty Privilege: Paras Rupawan dan Perlakuan Spesial

19 Desember 2023   20:49 Diperbarui: 19 Desember 2023   21:25 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Paras rupawan dan perlakuan spesial adalah bukti dari "The power of beauty privilege". Bahkan hal ini dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan sosial dan ekonomi seseorang.

Pernahkah kamu sadar bahwa di dunia ini orang yang memiliki standar beauty privilege akan lebih dihargai dan dapat dengan mudah mendapatkan keadilan, hak, sampai dengan karirnya. Terutama di jaman media sosial seperti saat ini, tidak sedikit orang yang bilang bahwa jadi cantik atau ganteng itu enak, badannya bagus, kurus, kulitnya putih bersih, pasti everything so easy for them. Pada akhirnya, hal tersebut membuat semua orang berpegangan pada standar kecantikan yang menurut masyarakat anggap 'cantik' secara universal.

Saya pernah mengalami sebuah perlakuan tidak adil dari orang-orang terhadap fisik saya pada saat itu. Mereka terus mengejek saya dengan sebutan 'pendek dan dekil' dan menjahili saya bak seseorang yang tidak punya hati. Sejak itu, saya jadi marah pada diri saya, menjadi tidak percaya diri dan membenci diri saya sendiri. Saya mengurung diri di kamar, tidak mau bertemu dengan khalayak ramai dan tidak mau pergi sekolah. Namun perlahan saya sadar, jika saya terus mengurung diri, tidak akan membawa perubahan pada diri saya. Saya berambisi untuk merubah fisik saya, dengan mulai perawatan diri dan berolahraga untuk menaikkan tinggi badan. Ketika kulit saya sudah mulai bersih dan cerah dengan tinggi badan yang cukup, orang-orang mulai ingin berteman dengan saya, memuji dan bisa menghargai saya, tak sedikit pula laki-laki yang terpikat pada saya. Apa yang saya alami ini ternyata juga banyak dialami oleh orang-orang di sekitar saya mulai dari perempuan maupun laki-laki.

Sebuah jurnal beauty privilege yang dilakukan oleh Daniel Hamermesh dan Jeff Biddle menunjukkan bahwa orang dengan paras memukau cenderung mendapat penghasilan yang lebih tinggi, memperoleh banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, dan mendapat perlakuan yang lebih baik dalam interaksi sosial dibandingkan orang yang dianggap kurang menarik. Lalu, beauty privilege juga mempengaruhi hubungan percintaan. Fakta tersebut sudah tidak diragukan lagi, sudah banyak contoh orang yang mengalami diskriminasi dikarenakan fisiknya yang dianggap kurang menarik, terlebih lagi pada perempuan. Karena secara umum, perempuan lebih sering diejek penampilannya dan juga lebih sering diobjetifikasikan. Sedangkan laki-laki kurang menarik akan lebih mudah untuk bisa ditolerir. 

Hal ini dikarenakan masyarakat sudah dibiasakan oleh fisik seperti standar kecantikan Eropa yang ditampilkan oleh dunia entertainment dan bagi mereka yang tidak masuk dalam kriteria cantik akan mendapatkan komentar negatif karena dianggap tidak enak dilihat. Akibatnya banyak orang-orang mendapatkan tekanan untuk memenuhi standar kecantikan sampai berperilaku tidak sehat bahkan sampai melakukan operasi plastik demi mendapatkan standar kecantikan di masyarakat.

Apakah beauty privilege itu berpengaruh teguh untuk kehidupan di dunia ini? Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak memiliki beauty privilege tersebut? Dan apakah beauty privilege terus membawa dampak positif? Memang benar, orang-orang yang memiliki beauty privilege kecantikan akan mendapatkan perlakuan yang spesial, dan dapat lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Namun, Jangan khawatir! Nyatanya, banyak studi yang membuktikan bahwa memang ada karakteristik fisik yang hampir semua orang setuju kalau orang tersebut masuk dalam kategori cantik, mereka yang memiliki beauty privilege akan dianggap lebih pintar, dan dianggap memiliki personality yang bagus. 

Padahal berdasarkan studi "beauty and the labor market" yang di publish di American Economic Review tahun 1994, mengatakan bahwa mereka yang memiliki beauty privilege diperkirakan tidak lebih pintar, tidak lebih produktif, dan bahkan tidak lebih mahir dari pada orang yang tidak cantik. Mereka hanya memiliki kepercayaan diri yang tinggi sehingga mereka terlihat lebih kompeten. Dari semua hal positif yang dimiliki oleh orang yang punya beauty privilege ini juga terdapat dampak negatifnya, contohnya orang yang cantik cenderung mendapatkan ekspektasi lebih besar dari lingkungan sekitarnya dan beauty privilege ini akhirnya membentuk pandangan yang tidak sehat terhadap fisik yang membuat seseorang akan dihantui pemikiran bahwa fisiknya adalah aspek terpenting dalam hidupnya, terutama bagi perempuan sehingga membuat dirinya kritis pada fisiknya dari pada laki-laki. 

Yang pada akhirnya menimbulkan stereotip yang mengatakan "women only care about their own appearance" dan juga mereka akan mendapatkan kritikan bahwa perempuan cantik dianggap tidak ada apa-apanya kecuali parasnya yang cantik, hal inilah yang memengaruhi karier. Mereka akhirnya harus bekerja lebih keras untuk membuktikan kompetensinya karena sering dianggap bodoh. Dari sinilah dapat kita simpulkan bahwa beauty privilege bukan hal utama dalam diri kita untuk menjadikan sebuah standar kecantikan, dan pada dasarnya memang tidak ada manusia yang sempurna. Maka dari itu, ini saatnya mengurangi pandangan tentang standar beauty privilege dan harus bisa menghargai segala jenis fisik manusia yang sangat beragam.  

Pertama, Fokus pada value atau nilai diri seseorang. Pada dasarnya, value merupakan hal yang paling penting bagi setiap orang, bukan beauty privilege. Rata-rata orang sukses dikarenakan kepribadian yang baik, memiliki kecerdasan, serta kerja keras. Tidak sedikit pula orang-orang sukses di dunia ini yang mencerminkan moto "Kerja keras adalah kunci sebuah kesuksesan" dan nyatanya tidak semua orang sukses memiliki beauty privilege. Value juga dapat dikembangkan dengan melatih sikap yang baik, kecerdasan, keterampilan, wawasan, kedisiplinan, dan kepribadian yang baik.

Kedua, Body Positivity. Hal ini merupakan salah satu cara untuk self-love dengan menanamkan sikap dan pola pikir positif tubuh Anda sendiri tanpa mendengarkan komentar jelek dari orang lain pada tubuh kamu. mulai dari mengubah pola pikir diri sendiri seperti "coba kulit aku putih, pasti aku cantik" mungkin bagi kamu warna kulit putih akan membuat dirimu cantik, namun nyatanya warna kulit eksotis jauh lebih disukai dan memiliki daya tarik tersendiri di Amerika. Inilah bukti bahwa kecantikan adalah hal yang bersifat subjektif. Namun kamu bisa melakukan perawatan diri yang berfokus pada kesehatan. Dari body positivity inilah kamu bisa tahu bagaimana cara menghargai diri dan memperlakukan tubuhmu sendiri.

Ketiga, Menghargai segala perbedaan fisik seseorang. Di dunia ini banyak sekali perbedaan seperti ras, suku, warna kulit, gender, dan lainnya. Maka dari itu kita sebagai manusia harus bisa menghargai perbedaan tersebut. Seperti yang tertulis pada semboyan Negara Republik Indonesia yaitu "berbeda-beda tetapi tetap satu", moto tersebut seharusnya juga bisa digunakan oleh masyarakat dunia dengan berbagai perbedaan dan harus mengurangi tindakan diskriminasi pada seseorang yang tidak termasuk dalam standar kecantikan, karena setiap orang memiliki ciri khas dan kecantikannya masing-masing pada fisiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun