Baca dulu kisah sebelumnya : Jelajah Surabaya (bagian 1).
Usai melintasi jembatan Suramadu dan merasakan naik ferry dari Kamal (Madura) ke Ujung (Surabaya), kami pun menuju Pantai Kenjeran.
PANTAI KENJERAN berada di sebelah Timur kota Surabaya. Inilah rutenya : jalan Waru-Ahmad Yani-Wonokromo-Basuki Rahmat-Pemuda-Dharmahusada (Prof.Dr.Moestopo)-Kalijudan/Mulyosari-Kenjeran.
Ahay ! Jangan mengharapkan pemandangan pantai dengan air laut yang berwarna kebiru-biruan dan pasir putih di sini. Aku sontak kaget demi melihat kondisi airnya yang keruh, dan pantai yang mengalami pendangkalan dari lumpur Kali Brantas.
Sungguh belum pernah kutemui keadaan pantai yang begini. Pasirnya pun biasa saja, bukan pasir hitam ataupun pasir putih.
Aku tak tau berapa harga tiket masuknya, Om yang membayari. Tampaknya tak begitu mahal. Petugas yang memungut bayaran pun tak berada dalam loket, hanya disediakan kursi kayu untuknya di pintu masuk. Tanpa karcis. Yah, sepertinya ini adalah lokasi wisata murah meriah. (Belakangan baru kuketahui, ternyata kami tadi masuk dari arah belakang. Kalau dari depan, ada loketnya kok).
Tak jauh dari pintu masuk, di sisi kiri banyak tempat makan lesehan yang menggelar tikar di atas pasir dan beratapkan terpal. Tempat makan ini menyuguhkan pemandangan langsung ke pantai. Sedangkan di sisi kanan adalah warung-warung yang menyediakan berbagai menu khas Surabaya, diantaranya : nasi rawon, nasi bali, lontong kupang, lontong balap, rujak cingur, sate kerang. Cukup panjang juga deretan pedagang makanan ini.
Selanjutnya, kami mencari tempat duduk yang enak untuk bersantai. Untungnya kami membawa tikar, gelar tikar di atas pasir euy ! Pagelaran dimulai. Tante membongkar aneka camilan dan minuman yang dibawa dari rumah. Om pergi memesan sate kerang, tahu goreng dan kelapa muda yang disajikan bersama batoknya. Sate kerang yang dimaksud adalah kijing/kerang ijo yang ditusuk berjejer pakai tusukan sate, dilumuri sambal petis. Tahu gorengnya dicocol ke sambal petis, pas bener. Wow, banyak banget porsi yang dipesan si Om. Yes yes, satenya uenaaak tenan. Bumbu petisnya berasa unik di lidah. Bikin nagih en nggak berasa udah makan banyak, huahaha . . .
Sambil menikmati santapan yang ada, aku dan sepupuku bertanding Othello (lihat tentang Othello di sini). Wah, capek menang terus. Lawanku berganti-ganti, kok tetep menang ?! Nikmatnya . . . makan-minum enak sambil bermain di bawah teduh pohon dan dibelai semilir angin pantai. What a wonderful life !
Tak jauh dari tempat kami duduk, sedang digelar panggung musik dangdut. Akh, aku tak tertarik hingar-bingar macam itu. Bosan menang main Othello, kuputuskan berjalan-jalan ke pasar. Yup, ada pasar di situ.
http://www.whatzups.com/account/Kenjeran3.jpg
Mereka menjual souvenir yang terbuat dari kulit kerang, cangkang keong, gelang, kalung. Ada juga yang jual ikan, udang, teripang, dan belut yang sudah dikeringkan.Semua itu tak menarik minat berbelanjaku. Tak ada yang unik yang wajib dibeli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H