Negara kokoh sekiranya kebenaran mempengaruhi setiap sendi kehidupan bangsa hingga ke simpul-simpul terkecil dalam seluruh sistem sarafnya. Bangsa bisa maju secara komprehensif sekiranya menyembah Sang Khalik dalam roh dan kebenaran! Bukan sekadar beragama untuk mengejar kesalehan/pahala pribadi untuk diri sendiri.Tegakkan kesalehan sosial kolektif secara nyata, yang konon kini sudah bangkrut!
Sebab, pengkhianatan terhadap kebenaran memalingkan bangsa dari rahmat-Nya. Kondisi kita akhir-akhir ini memang sangat memprihatinkan. Seruan "ganyang!" negara tertentu diteriakkan di mana-mana berbalutkan "nasionalisme" (namun memakai versi yang agak picik!). Yang digelorakan cenderung gejolak emosi “sentimental” mengatasi pertimbangan matang, rasional, dan proporsional. Tidak disertai pengertian jatidiri yang matang dan dewasa bahwa bangsa ini Pemikul Utama amanah sebagai Pembina/Pamong Utama bagi bangsa-bangsa lain sekawasan bahkan bagi dunia.
Yang mengusik itu ‘kan cuma "adik kecil"-mu!“Biarkan sebentar, Ayah akan jewer dia nanti.”
Seorang "abang" yang bijak harus bisa membuktikan dirinya benar-benar mampu bekerja optimal dan efektif memajukan bangsanya di segala bidang kehidupan, dengan mengesampingkan gangguan-gangguan temporal sesaat, yang sesekali mungkin mengusik konsentrasinya. Berpikir dan bekerjalah untuk meraih kemajuan bersinambungan menyeluruh untuk jauh ke depan. Jangan gampangan dibuat mudah uyeg, terusik, akhirnya ngambeg, mogok kerja, dan murka oleh gangguan-gangguan sesaat bersifat sementara sekarang!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H