Mohon tunggu...
Kosuman
Kosuman Mohon Tunggu... Konsultan - Manajemen, Tax Advisor, Profesional Hipnoterapi, Praktisi Metafisik Yijing, Trainer, Virtual Author Uni Eropa

Penulis merupakan Pemerhati dan Pecinta yang berkaitan erat dengan aspek holistik yakni: Sejarah, Adat, Budaya, Religi dan Alam (SABARA)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makna Simbolis dan Konotasi Tradisi Budaya Peh Cun (Duanwu jie)

31 Mei 2022   14:00 Diperbarui: 4 Juni 2022   07:17 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ada banyak festival tradisional Budaya Tionghoa, seperti Festival Musim Semi, Festival Lentera, Festival Pertengahan Musim Gugur, Festival Perahu Naga, Festival menyembuhkan penyakit dan mencegah wabah, dll. Festival-festival ini adalah bagian penting dari budaya tradisional Tionghoa. Festival tradisional yang berbeda memiliki makna simbolis dan konotasi budaya yang berbeda. Mereka juga menjadi bagian dari kehidupan  dengan kegiatan rakyat yang istimewa. Di antara festival tradisional ini, Festival Peh Cun memiliki nama paling banyak, seperti Festival Perahu Naga, memasuki Bulan Mei (puncak musim Panas), Festival Tengah Hari, Festival Bakcang dan lain sebagainya ada 20 nama yang dianggap sebagai alias festival. Di balik nama-nama tersebut, ada lagi Festival Perahu Naga. bagaimana ceritanya?

Ada beberapa cerita rakyat mengenai perayaan Peh Cun, dan Tradisi Budaya Peh Cun lebih dikenal  sekitar Tahun 278 SM di Negeri Chu yang dahulu megah diambang kehancuran, dan menjelang runtuhnya seorang Filosof, Pejabat jujur, berbudi luhur menenggelamkan dirinya dengan batu besar di Sungai Miluo bernama Qu Yuan.

Menurut catatan sejarah, Qu Yuan adalah Menteri dari Raja Xiong Huai, Negeri Chu karena Menteri Qu Yuan menjadi tersohor, nasehatnya selalu didengar oleh Raja maka menimbulkan kecemburuan pejabat lainnya seperti: Shangguan dan Zilan yang menfitnah Qu Yuan dihadapan Raja. Akhirnya Raja Chu secara bertahap menjauhkan diri dari Qu Yuan,  bahkan sudah tidak pernah mendengarkan nasehatnya lagi, dan akhirnya mengasingkan Qu Yuan.

Qu Yuan penuh dengan kesedihan dan kemarahan menceburkan diri ke sungai Miluo setelah menulis mahakarya "Huaisha" adalah sebuah syair hukuman mati yang ditulis oleh Qu Yuan merupakan negarawan dan penyair dari Negeri Chu sebelum kematiannya. Dilihat dari isi dan emosi puisi itu sendiri dan pengalaman hidup Qu Yuan yang tercatat dalam catatan sejarah Huaisha berarti memegang pasir dan batu untuk menenggelamkan diri yang menurut isinya adalah bahwa kemalangan dan sentimentalitas penulis selalu terkait dengan realisasi cita-cita dan aspirasinya dan Ia berharap  menggunakan kematian fisiknya sendiri untuk mengejutkan hati rakyat, menginspirasi Raja, membangkitkan kebangkitan spiritual Bangsa dan Negara. Karena Qu Yuan adalah pejabat dan negarawan penting Negeri Chu di era Negara berperang (The Warring states) dan karya sastra lainnya semua terkait dengan kegiatan politik, dan karya-karyanya (Huaisha, dll) terutama dalam bentuk puisi panjang, isi sintaksis fleksibel dan berubah-rubah dan kata-kata kosong sering digunakan di akhir kalimat untuk mengkoordinasikan suku kata, menghasilkan ritme naik turun.

Alkisah setelah Qu Yuan melemparkan dirinya ke Sungai Miluo, Masyarakat di Negeri Chu sangat sedih dan berbondong- bondong ke Sungai Miluo untuk memberikan penghormatan kepada Qu Yuan. Seorang Nelayan mengeluarkan pangsit, telur dan makanan lain yang telah disiapkan sebelumnya dan melemparkan ke Sungai mengatakan bahwa Jika ikan-ikan itu memakannya maka mereka tidak akan menggigit tubuh Qu Yuan.

Dikatakan bahwa hari Qu Yuan melemparkan dirinya ke Sungai adalah tanggal 5 bulan 5 (Imlek) atau jatuh pada tanggal 3 Juni 2022. Sejak saat itu, pada tanggal 5 Mei (Imlek) setiap Tahunnya, orang-orang akan mendayung perahu Naga sambil makan dan melemparkan Bakcang ke Danau MiLuo untuk memperingati Pahlawan Qu Yuan

Puluhan Tahun setelah kematian Qu Yuan, Negeri Chu akhirnya dihancurkan oleh Negeri Qin. Beliau telah banyak menulis Puisi bagus dan yang paling terkenal adalah Li Sao dan puisi ini berpusat pada laporan diri penyair tentang Kehidupan, Pengalaman, Aspirasinya mengungkapkan keprihatinan terhadap nasib Negeri Chu,  kehidupan masyarakat dan keinginan untuk mereformasi politik dan tidak pernah kompromi dengan kekuatan jahat, penghianat, meskipun ada bencana dan mati karena menjunjung tinggi cita-citanya.

Festival Pek Cun, Bakcang, Perahu Naga merupakan simbol dan memperingati Kepatriotikan dari Tuan Qu Yuan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun