Jejaring sosial atau media sosial (medsos) punya potensi bisnis yang sangat besar. Namun, baru segelintir negara saja yang serius memperhatikannya. Dan seperti biasa, Indonesia cuma jadi penonton. Paling banter, manfaatin medsos untuk jualan, keripik pedas misalnya.
Nggak salah sih jualan di medsos. Tapi coba telaah lebih dalam deh. Jangan cuma lihat medsos sebagai sarana komunikasi atau jualan. Tapi... produk jualan itu sndiri.
Ambil contoh Facebook. Facebook Inc merupakan perusahaan besar. Berdiri pada 2004, akhir tahun lalu asetnya mencapai USD 13,07 miliar. Silahkan dirupiahin sendiri :)
CEO-nya, Mark Zuckerberg mengantongi USD 31 miliar atau Rp 365 triliun dari Facebook. Jangankan buat beli keripik pedas, buat beli rumah atau mobil mewah saja bisa dapat banyak banget tuh.
Saat ini, Mark yang baru saja mengunjungi Indonesia dan terkagum-kagum sama Candi Bororbudur, menguasai lebih dari 50 persen atau sekitar 500 juta lembar saham Facebook.
Terus kenapa? Kesimpulannya, Facebook adalah bisnis! Seperti bisnis lain, ada produsen dan konsumen. Dan kita, Indonesia dijadikan konsumen produk yang ditawarkan Mark, mahasiswa DO Harvard University, Amerika Serikat.
Di China, orang kayak Mark itu banyak banget. Makanya, negara itu sukses mengembangkan media sosial sendiri.
Tentu saja tidak terlepas dari dukungan pemerintah yang memperketat regulasi. Pemerintah China sampai memblokir Facebook, Twitter dan kawan-kawannya lho supaya pekerja kreatif dalam negeri bisa mengembangkan produknya.
Hasilnya, mengesankan. Banyak perusahaan lokal yang tumbuh besar dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Ini daftar jejaring sosial buatan China:
1. Sina Weibo. Jejaring sosial yang mirip Twiiter ini dipakai 22 persen populasi pengguna internet di China.
2. Renren. Kalau yang ini, Facebook versi China. Tahu berapa penggunanya? 147 juta orang bo! Dan perbulannya ada 31 juta pengguna aktif baru.