Saya teringat puisi Mata Luka Sengkon Karta karya Peri Sandi Huizache yang amat masyhur. Terlebih, saat ia membacakan sendiri puisi tersebut. Boleh jujur, puisinya begitu kritis dan mengalir indah lariknya. Saya kutip sedikit saja baitnya:
"peralihan kepemimpinan yang mendesak
bung karno diganti pak harto
dengan dalih keamanan negara
pembantaian enam jenderal satu perwira
enam jam dalam satu malam
mati di lubang tak berguna
tak ada dalam perang mahabarata
bahkan di sejarah dunia
hanya di sejarah Indonesia..."
Rasa bahasa dan kesusastraan puisi ini, seperti muncul dari dalam hati dan kritisisme yang tinggi, bukan mengolok-olok tapi menyampaikan apa yang pernah menjadi sejarah kelam bangsa ini. Meskipun puisi sangat kritis, tapi satu yang saya rasakan dari puisi ini adalah menguatnya semangat kebangsaan, juga kecintaan akan tanah air yang kian mendalam.