Mohon tunggu...
Shulhan Rumaru
Shulhan Rumaru Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat Aksara

Penikmat Aksara

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mufakat Perlu Meneladani Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar

25 Februari 2016   12:28 Diperbarui: 26 Februari 2016   07:40 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bupati Abdul Bukti Keliobas dan Wakil Bupati Fachri Husni Alkatiri | Gambar diadopsi dari http://www.rakyatmaluku.com/kontak-kami/"][/caption]Halo Basudara... Sebagai warga SBT yang baik, saya turut mengucapkan selamat kepada Bapak Bupati Abdul Mukti Keliobas dan Wakil Bupati Fachri Husni Alkatiri yang secara resmi mulai bertugas pertama kali di hari ini.

Nah, bicara masa kerja hari pertama, tentu basudara ingat 'kan, salah satu penggalan pidato Abu Bakar Ash-Shiddiq yang teramat sangat terkenal saat bertugas di hari pertama sebagai Khalifah Islam kala itu?

Khalifah Abu Bakar berkata: "Saudara-saudara, aku telah diangkat menjadi pemimpin, bukanlah karena aku yang terbaik di antara kalian semua. Untuk itu, jika aku berbuat baik, bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku."

Khalifah Abu Bakar menunjukkan bahwa seorang pemimpin haruslah asketis (shaleh), populis, dekat dengan rakyat, terbuka dengan kritik dan saran, cerdas membuat keputusan dan cekatan bertindak. Khalifah Abu Bakar tidak mengambil jarak dengan rakyat, bahkan saban hari rakyat bisa menjumpai khalifah di kantornya, Masjid Nabawi.

Jangan ditanya, keseharian Khalifah Abu Bakar sangatlah sederhana meski beliau kaya raya. Kursi beliau di kantor, terbuat dari tumpukan pasir putih dan kerikil-kerikil kecil yang biasa diduduki Rasulullah SAW sebelumnya (lesehan). Namun, dari kursi yang teramat sederhana itu, Abu Bakar mampu memimpin Umat Islam, melakukan ekspansi dan dakwah Islam hingga menaklukkan Persia dan Roma di bawah panglima perangnya Khalid Bin Al-Walid.

[caption caption="Pidato Perdana Bupati Kab. SBT, Maluku | Foto milik Iful Rumodar dari Group Gumumae SBT."]

[/caption]

Lalu, bagaimana dengan pemimpin kekinian? Dalam konteks Kabupaten Seram Bagian Timur (Kab. SBT) yakni Bupati dan Wakil Bupati pun sangat perlu meneladani sikap Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Menurut saya, dalam periode transisi kepemimpinan saat ini, pemimpin SBT harus pandai mengelola situasi, baik opini publik yang berseliweran maupun persoalan penempatan pejabat di bawahnya.

Menyoal opini publik, Abu Bakar kala itu dibenturkan dengan riuhnya pengangkatan khalifah dari masing-masing suku Arab, terutama Kaum Muhajirin vs Kaum Anshar. Bahkan, sempat ada yang tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar dan nyaris membuat Islam kembali pecah-belah.

Tapi, karena kelihaian dan kecerdasan Abu Bakar yang kala itu didampingi Umar Bin Khattab, keduanya mampu berkonsolidasi ke berbagai kelompok/suku, merangkul semua kepentingan suku-suku demi kebersatuan umat Islam. Di sini, ada satu poin penting yakni pasca pengangkatannya, Abu Bakar kembali melerai ketegangan publik yang memiliki subjektivitas keberpihakan. Umat Islam dibuat kembali mencair dalam satu panji kekhalifahan, Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Secara historis, masalah pemipmin SBT sekarang pun tak jauh beda dari persoalan Khalifah Abu Bakar. Sudah rahasia umum bukan? Saat pemilu, banyak basudara di kampung yang tidak kenal satu sama lain, baku marah kiri kanan karena beda dukungan, bahkan pasca penetapan pun masih banyak yang "baku jaga" alias cari-cari kesalahan sesama warga.

Tentunya, ini persoalan mendasar dan krusial. Bila tanan sosial masyarakat SBT rusak pasca pemilihan, maka pemimpin harus mau membenahi, menata ulang sistem sosial yang terlerai akibat pemilu. Jangan sampai, setelah menjabat, rakyat dilupakan.

[caption caption="Antusiasme masyarakat menyambut kedatangan bupati baru | Foto milik Idrus Wakano dari Group Gumumae SBT"]

[/caption]

Pemimpin yang berani menyelesaikan konflik horizontal secara elegan adalah pemimpin yang nalar politiknya bagus dan jiwa asketisnya mumpuni. Karena itu, saya berharap Bupati dan Wakil Bupati mulai serius mendandani dinamika sosial masyarakat dan jangan sibuk membagi-bagi kue kemenangan saja.

Pemimpin adalah suri tauladan, memimpin dengan tindakan dan hikmah (Dakwah Bil Haal & Dakwah Bil Hikmah), lalu adanya kesesuaian antara janji kampanye dan fakta faktual saat menjabat. Begitupun masyarakat, tidak menyerahkan tampuk legitimasi kepemimpinan begitu saja, tapi melakukan pengawasan kritis sepanjang periode sang pemimpin.

Sukses untuk Bupati Abdul Mukti Keliobas dan Wakil Bupati Fachri Husni Alkatiri, semoga SBT semakin jaya. Amin... (SR)

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun