Benar kata Walikota Bandung Kang Emil, kalau Bandung itu persis Singapura; tidak punya sumber daya alam dan sumber daya energi, tapi Bandung mah punya sumber daya manusia kreatif. Makanya, Bandung dikenal sebagai salah satu kota industri kreatif ternama di dalam dan luar negeri, seperti fashion, kuliner, dan desain.
Bukan cuma itu, Bandung juga memiliki segudang organisasi/komunitas masyarakat yang bergerak sukarela membangun kota ini. Nah, beberapa komunitas yang saya temui pagi tadi (4/10) pada saat Car Free Day (CFD) di daerah Dago, mulai dari Jl. Ir. H. Juanda yang Dago bawah persis di handapeun jalan layang Pasupati sampai Dago atas sekitar pertigaan Jl. Ir. H . Juanda dan Jl. Dayang Sumbi, yaitu Forum Jong Pemuda Indonesia, Komunitas Rumah Pandai Terang Indonesia, Komunitas 1000 Guru, dan Komunitas Dent’s Do.
*****
Sekitar jam 4.50 WIB selepas shubuh, saya, Bang Jo, Bang Rudi, dan Bang Yani, meluncur dari Jakarta, targetnya memang sampai Bandung sepagi mungkin. Syukurlah, saat tiba pukul 7.30 waktu Bandung, suasana CFD sekitar jembatan layang Pasupati sudah sangat ramai. Lebih semangat lagi, kami disambut goyang geboy duo biduan Rama FM dengan lagu “Aku Mah Apa Atuh” bertempo dangdut remix yang membetot kami ke dalam lautan manusia.
Segera kami mencari komunitas yang hari itu menggelar pra event Deklarasi Sumpah Pemuda Jilid II, juga yang bakal dilaksanakan serentak seluruh Indonesia pada 28 Oktober mendatang. Ternyata, tak jauh dari tempat kami berdiri, para relawan Forum Jong Indonesia Jawa Barat (Jong Java) tengah bersiap-siap long march dari Dago bawah menuju Dago atas. Didampingi tatabuhan perkusi tradisional adik-adik SMK Nasional Bandung, seketika banyak perhatian tertuju pada kami. Sepanjang jalan, orasi sumpah pemuda digaungkan ketua panitia pelaksana Jawa Barat, Azam.
Menambah kemeriahan, atraksi Bambu Gila pun disuguhi perkumpulan warga Maluku Utara di Bandung. Lima penantang utama masuk, bambu dalam dekapan mereka mulai dimantrai sang pawang yang gayanya malah lebih mirip penyanyi
reggae. Tapi, rambut gimbal dan pakaian serba hitamnya, memancarkan aura mistis tersendiri. Aroma magis asap kemenyan yang ditiupkan ke dalam bambu pun pertanda ada energi yang diisi ke dalam benda itu, dan 1…2…3… para penantang terhunyung ke kiri-kanan, maju-mundur, bahkan memutar mengikuti ke mana pergi bambu gila.
Pokokna mah kukuwiran we kaditu kadieu (pokoknya muter-muter ke sana-ke mari). Tak tanggung, sebagian malah terjatuh saking kuatnya bambu gila bermanuver tak terarah (lihat atraksinya
di sini). Banyak juga para mojang Bandung yang
gareulis kepincut mencoba (
gak apa-apa ya teh, asal gak kepincut si abang pawang aja.hehehe). Sambil atraksi, dukungan tanda tangan di spanduk pun mengalir deras dari warga bandung menyoal Deklarasi Sumpah Pemuda Jilid II.
Tak lama, Komunitas Terang Indonesia, Komunitas 1000 Guru regional Bandung, dan Komunitas Dent’s Do segera bergabung. Dengan semangat kepemudaan, komunitas-komunitas ini mendukung Deklarasi Sumpah Pemuda Jilid II, 28 Oktober nanti.
Komunitas
Terang Indonesia yang didirikan perancang kebaya kenamaan Indonesia, Kanaya Tabitha pada 2013 lalu, melakukan pemberdayaan dan perubahan pada tatanan masyarakat perbatasan, warga miskin, dan warga terpencil, serta pengungsi bencana alam dan sosial. Yang jelas, Terang Indonesia akan terus menerangi Indonesia dengan potensi anak
muda di masing-masing daerah. Digawangi anak-anak muda ini, lagu Indoneisa Raya berkumandang di area CFD Dago. Semua orang khidmat, memberi hormat pada bendera Merah Putih.
Komunitas 1000 Guru pun sama, khusus untuk regional Bandung, pagi tadi keliling CFD Dago untuk sosialasi. Komunitas dengan
tagline “traveling & teaching” ini menyasar daerah-daerah dengan representasi pendidikan rendah di Jawa Barat untuk mengadakan pengajaran. Meski sambil jalan-jalan, setidaknya anak-anak muda komunitas ini menebar benih-benih kecerdasan di setiap destinasi mereka. Seperti penuturan salah satu relawannya, Teh Gia, bahwa komunitas ini tidak hanya melakukan edukasi selewatan saja melainkan berkelanjutan. Beberapa daerah yang dikunjungi bahkan disumbangi bahan baku pembangunan gedung sekolah (follow twitter:
@100_guru_BDG).
Bukan cuma dua komunitas di atas, Dent’s Do pun punya misi yang sama mulia. Berawal dari kegalauan tiga mahasiswi fakultas kedokteran salah satu perguruan tinggi di bilangan Jatinangor, Sumedang Jawa Barat, yaitu Gracety Shabrina (22), Fitriadita Wulandari (22), dan intan Sri Fajarwati (22), terbentuklah Dentist Day Out atau lebih dikenal Dent’s Do pada 2012. Para dokter cantik ini sudah melakukan pelayanan kesehatan gigi di berbagai daerah, mulai dari Jatinangor, Bandung, Garut, Sukabumi, Banjarnegara, hingga ke Lampung (follow twitternya:
@dentsdo).
Jadi, selama Jong Indonesia masih haus perubahan dan produktif melakukan pembangunan kreatif, maka Indonesia masih punya harapan membaik ke depan. Pemuda tak boleh statis, apalagai apatis terhadap kondisi bangsa. jawab semua tantangan zaman dengan melakukan sesuatu untuk kemaslahatan bersama. Prinsipnya, seperti yang didengungkan The Political Literacy Institute bahwa: "Berpikir tanpa kejumudan, Bergerak tanpa kekerasan, Bermanfaat untuk kekitaan." #MajuOrangMudaIndonesia
[SR]Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Lyfe Selengkapnya