Lupakan Prestasinya!
Akhir-Akhir ini, hampir setiap hari kita mendengar kalimat:
- Ternyata dia gila kekuasaan juga
- Sayang sekali di akhir jabatannya dia menghancurkan "dirinya"
- Dia Neo Orde Baru
- Memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri
- Tidak berterima kasih pada partai
- Perusak demokrasi
- Tidak malu memanfaatkan mahkamah keluarga
- Dibalik "keluguannya" dia ternyata licik
- Dasar pelaku politik dinasti
- Anak ingusan mau memimpin negara
- Pendukung bangkitnya Orde Baru
- Dan banyak lagi
Semua kata-kata itu, baik dari sebagian yang selama ini dikenal sebagai pendukungnya, dan dari seluruh orang yang selama ini membencinya, terus menerus di "terompetkan". Tujuannya sangat jelas, menghancurkan dan menghapuskan segala prestasi yang selama ini dia lakukan, prestasi dan kinerja yang seluruh dunia akui tidak pernah dilakukan presiden seperti dia.
Pikiran Rasional
Ketika Gibran menerima lamaran Prabowo dan diumumkan menjadi calon wakil presiden, saya sedang berkumpul dengan keluarga besar. Saat itu suasana yang awalnya ditujukan untuk bersantai atau refreshing di puncak, di Villa salah satu family sehingga gratis, jadi berantakan karena beberapa anggota keluarga berseru dengan kesal (atas lamaran Prabowo yang diterima Gibran dan direstui Jokowi).
Anggota keluarga yang lainnya merespon, dan hampir semua menyesalkan Jokowi, Gibran dan keluarga mereka. Sebagian diam dan termangu-mangu, sedang saya diam tapi mencoba berpikir secara rasional.
Karena suasana kumpul keluarga yang tujuannya refreshing jadi terganggu, dan ada sebagian orangtua yang menanaykan pendapat saya, maka hasil dari pikiran rasional singkat saya, saya ungkapkan kepada keluarga.
Pikiran rasional saya ungkapkan dalam bentuk pertanyaan:Â
- "Apakah mungkin seorang yang sudah berpolitik puluhan tahun, dan dikenal dengan berbagai prestasinya sejak Walikota, Gubernuer hingga Presiden, mau menghancurkan nama baiknya dalam sekejap?"
- "Apakah mungkin seorang mau menghancurkan namanya, bahkan nama baik keluarganya, untuk memilih calon presiden yang di atas kertas, dan berdasarkan survey-survey", sulit untuk menang?"
Dua pertanyaan di atas, langsung membuat keluarga besar kami saat itu tidak ribut lagi, sebaian mulai mengambil penganan dan minuman, sebagian keluar ruangan menikmati sejuknya udara Puncak Jawa Barat, ada lagi yang langsung pergi ke kolam renang. Dan saya dengantenang mulai memencet tuts piano "Hidup ini adalah kesempatan... jangan sia-siakan...hidup ini harus jadi berkat..."
Tidak Mudah Bagi Ganjar Mahfud
Beralihnya keluarga presiden Jokowi membuat perjalanan Ganjar dan Mahfud tidak mudah, namun saya perlu ingatkan memang tidak ada yang perlu dibanggakan apabila Ganjar dan Mahfud menang dengan mudah. Mereka haru berjuang dan lepas dari bayang-bayang presiden Jokowi.
Tunjukan pada seluruh rakyat Indonesia, bahwa kalian layak dipilh untuk menjadi presiden periode selanjutnya. Tunjukan dengan elegan, dan yang menurut saya penting jangan lagi Ganjar Mahfud dan seluruh Team Suksesnya, atau seluruh jajaran Partai Pendukungnya sibuk menjelek-jelekan presiden Jokowi dan keluarga.
Lakukan dengan Elegan
Kalian harus sadar, mau tidak mau banyak orang Indonesia yang menyayangi Presiden Jokowi, Ibu Iriana, Gibran dan keluarga mereka semua, bahkan Jan Etes. Jadi apabila tim suskes anda menjelek-jelekan mereka, apalagi sampai menggunakan hoax dan fitnah, maka kalian akan ditinggalkan! Sekali lagi akan ditinggalkan!