Mohon tunggu...
Fruitful
Fruitful Mohon Tunggu... -

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Si Anak 'Ikan Tongkol' Disleksia?

27 Januari 2017   11:36 Diperbarui: 6 Oktober 2018   06:01 3889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siang menjelang makan siang, saya berselancar di layar daring ber-milyar umat, yakni facebook. Seperti biasa, dinding-dinding daring pun bertebaran dengan ratusan posting, yang tak jarang bertebaran kata-kata miring namun kadang dari situlah kita tau dituntut dewasa dalam daring dan pertemanan. Dan dari media pertemanan apakah akan kita rusak dengan hal-hal yang menyebabkan hilangnya pertemanan dan atau malah jadi permusuhan?? Skip tentang permusuhan karena sosmed, kali ini yang saya ceritakan adalah tentang hal dan isu yang lucu. Isu yang membuat kita tergelak tawa, karena beredar di media sosial sebuah video yang menunjukkan dialog tanya jawab antara Presiden Joko Widodo dengan seorang bocah SD untuk sesi ramah tamah presiden dengan audience. 

Tapi tak dinyana, Si Bocah SD mengucapkan kata-kata yang secara 'defacto' berbicara tidak sopan di depan presiden. Sungguh hal yang lucu terjadi di negeri ini di depan kepala negara, dalam sejarah 71 tahun Indonesia merdeka. Cerita ini bermula ketika Pak Presiden menanyakan kepada si anak SD tersebut dengan menanyakan nama-nama ikan. Lalu si anak memulai dengan menyebutkan nama-nama ikan; ikan lele, ikan Pa' us, ikan teri, lalu menyebutkan sebuah nama ikan baru dan dia melontarkan kata 'ikan kontol '. Seketika para hadirin tertawa lebar, dan Pak Presiden pun kaget seolah-olah dia tidak yakin atas apa yang ia dengar. 

Lalu singkatnya setelah ditanya berulang kali si anak menjawab dengan menyebutkan nama 'ikan tongkol'. Dan Pak Presiden pun ketawa sambil menepuk pundak si bocah sambil berkata 'ooh ikan tongkol'. Sekilas pertama saat mendengar jawaban 'ngaco' dari anak tersebut, awalnya saya tidak merasa aneh atas si bocah, tapi yang saya rasa adalah suatu hal yang mirip dengan apa yang dirasa oleh Pak Presiden (kalau melihat mimik ekpresi beliau), yakni tidak percaya, sambil membetulkan otak dan berfikir 'mungkin saya salah dengar'. Tapi hal yang aneh selanjutnya tersirat nampak muncul, ketika si bocah mengucapkan ikan teri dan ikan paus dengan dengan vokal yang berbeda dari biasanya, ya namanya juga anak-anak, menyebut paus pun dengan kata 'pak us' (terpisah antar suku katanya).

 Namun yang menjadi penghujung keanehan adalah ketika dia menyebutkan nama ikan 'yang aneh tersebut' untuk kedua kalinya, barulah saya berfikir merasa ada yang aneh dengan anak ini, karena membolak-baikkan kata. Lalu tiba-tiba lewat dipikiran saya, 'hah salah bahasa?? jangan-jangan dia memiliki 'perbedaan' psikologi yang bernama 'Disleksia?''. Cuma yang saya tahu disleksia, menjangkiti ke mereka yang berkaitan dengan baca dan tulis, bukan dengar dan ucap seperti itu. Lalu saya menggali-gali artikel lagi mengenai disleksia, dan persis bukan hanya masalah baca dan tulis, namun ada juga pada permasalahan pengenalan kata-kata baru, semisal kata 'ibu' malah menjadi 'ubi'. 

Apalagi kesalahan yang diucapkan oleh anak ini terjadi berualang sampai dua kali, dan sudah di dekte juga padahal oleh Presiden namun tetep saja kesalahan ucap itu kembali terjadi. Dan pada sisi lain, si anak sulit untuk mendapatkan intruksi (dari presiden), maka saya rasa anak ini memang benar-benar mengalami disleksia. Rasanya ini menjadi perhatian tersendiri bagi kita, khususnya para pengguna daring. 

Boleh saja kita ketawa lucu melihat konten video tersebut, namun ingat jika kita berkomentar menertawai seseorang/anak tersebut bahkan tanpa harus menghinanya, maka itu sudah termasuk konten 'bully', dan ada hak perlindungan anak disana untuk tidak menjadikan anak sebagai obyek 'bullying'. Harapannya yang pertama, kita tidak serta merta membully orang terlebih anak-anak, terlebih jika memang benar si anak mengalami disleksia. Dan selanjutnya meminta perhatian kepada seluruhnya masyarakat untuk peka jika ada seseorang mengalami gejala disleksia, sehingga pun masyarakat akan bijak jika menemui seorang anak memunculkan kekonyolan tetapi karena sebab disleksia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun