Mohon tunggu...
Ulfa Shovia
Ulfa Shovia Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang Mahasiswa Ekonomi Islam di IAIN Jember, Seorang Anggota LPEI IAIN Jember, Seorang Anggota Mata Indonesia Jember... yang ingin lebih fokus lagi dan lebih peduli terhadap perekonomian dan lingkungan...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan

16 April 2016   12:55 Diperbarui: 16 April 2016   13:12 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan

air ini menetes lagi, datangpun bukan atas seruan siapapun, tiba-tiba datang dan pergi sesuka hati,
saat ini, bahkan detik ini kelimpahan Rahmat sedang berada persis didepan mata, begitu banyak rahmat yang telah Engkau limpahkan pada kami,
namun, sedikitpun kami tak menghiraukanMu, menghindar dariMu, bahkan tak ada sepatah katapun rasa syukur yang keluar dari mulut kami,
kami tau kami memang tidak tahu diri, kami begitu banyak mengeluh atas beribu-ribu nikmatMu, seruanMu terkadang kami acuhkan, kami lupa akan keberaadan kami disini,


kami lupa akan jati diri kami disini, kami lupa akan segala sesuatu yang akan kembali jua padaMu, seolah-olah tetesan air ini menggambarkan tangisanMu yang begitu tersedu-sedu.


kami ingin kembali seperti dahulu, seperti saat kami masih berharap secercah harapan diwaktu Kau menjanji kami untuk tinggal disini, kami ingin kembali ke masa itu,


namun apalah daya, waktu sudah berputar bak bola salju yang menggelinding bebas tanpa arah, hilang kendali.
tapi adakah Kau marah pada kami? adakah Kau bosan dengan kami? adakah Kau menjauhi kami?
apakah pantas jika kami masih bersimpuh, mengalirkan air kecil dari mata kami untuk minta ma'af kepadaMu?
padahal Engkau tahu kami selalu berbuat kesalahan lalu minta ma'af, dan itu berulang hingga tak terhitung berapa kali kami melakukannya.
tapi Engkau memang Maha dari segala Maha yang begitu agung akan rasa kasih sayang. ketika kami berpaling dan lebih mencintai orang terdekat kami,
Engkau hanya tersenyum, ketika kami asyik dengan kesibukan kami disini, Engkau hanya melihat tanpa berkata sepatah katapun.
ketika kami menikmati keindahan ynag Engkau berikan tanpa ada rasa syukur keluar dari mulut kami, Engkau hanya diam.
dan Engkau selalu menjadi tampat kami berlindung, tempat kami berteduh, tempat kami menyandarkan lelah akan permasalahan yang ada disini.
Engkau adalah segalanya bagi kami, Engkau melebihi permata hati kami, Engkau adalah sutradara dan produser terbaik dalam film ini.
dan Engkaulah Tuhan kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun