Mohon tunggu...
Adi Nugroho
Adi Nugroho Mohon Tunggu... -

Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony. (MG)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perempuan Yang Aku Tahu

19 November 2010   06:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:29 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Tulisan Yang tergores Dalam

Spesial Momentum

“Saat perempuan yang saya cintai, tumpahkan semua keluh-kesah atas laku hidupnya. Bersandar di dada saya tanpa topeng dan akal licik, dia curahkan dan tunjukkan wujud manusia yang seutuhnya, bahwa semua soal hidup penuh tantangan dan aral halangan, apalagi dia berkata 'aku bukan wonderwoman'.
Wuiiih...satu kata saja Dahsyat”
Sebaliknya, apabila menemukan bukti ternyata perempuan yang saya cintai menuturkan semua persoalan hidupnya pada lelaki lain, entah itu ayah kandungnya, selingkuhannya, atau kepada sembarang perempuan dia ceritakan persoalan hidupnya, saya katakan perempuan ini sebagai jenis 'sundal-kronis'.
Apalagi dengan jaringan sesama perempuan sundal-kronis",
perempuan 'sundal-kronis' membeberkan kejelekan lelakinya sebagaimana dia pamerkan foto dan video persetubuhannya, ini eksibisionis yang parah.
Perilaku perempuan 'sundal-kronis' menimbulkan cemooh bagi para lelakinya.
Lelaki para perempuan sundal-kronis menerima sumpah serapah jalanan dan memang terlecehkan hingga tetes darah penghabisan.
Saat para lelakinya terlecehkan, perempuan 'sundal-kronis' justru kibarkan bendera kemenangan setinggi mungkin agar semua mata di dunia melihatnya sebagai perempuan teraniaya.
Tidak habis pikir juga kepada orang yang mau menampung keluhan perempuan 'sundal-kronis' ini, mengapa mereka langsung percaya pada sumber sepihak dan langsung bereaksi ibarat prosesor komputer berkecepatan tinggi.
Memang tabiat orang yang reaksioner tampaknya selalu bisa dimanfaatkan oleh perempuan 'sundal-kronis'.
Semoga akan semakin arif pola pikir orang" Millenium ketiga disekitar perempuan 'sundal-kronis' ini.
Budaya cinta pada perempuan yang saya tahu tampaknya telah melalui abad-abad ujian yang penuh pelecehan.
Atau mereka memang tidak cermat mempelajari tapak-tapak sejarah 'budaya cinta' hingga lebih patuh dan taat kepada ajaran-ajaran (doktrin) 'akulah yang paling benar' dengan pola hidup menipu/kamuflase/menidurkan sepenuhnya lelaki.
Ibarat pemeo 'bergumul dengan barang antik, rindu pada barang canggih', ini salah satu tabiat perempuan yang saya tahu.
Manakala mereka mempunyai problem atas hubungan privacynya dengan lelaki yang membutuhkan kearifan dan kelembutan yang hakiki, justru mereka melakukan pola kerja purba dengan 'adu-domba' melalui hasutan-hasutan kalimat purba dan pembelokan opini.
Meski demikian ada kalanya tawa membahana saat mengetahui perempuan 'sundal-kronis' tiba-tiba jatuh ke lembah jurang ciptaannya sendiri, jurang itu tercipta saat peperangan antar lelaki berkecamuk.
Dia berteriak-teriak mencari 'surga-semu', semua jamu keputihan yang diminumnya tidak tunjuk keampuhan, semua tekhnik persetubuhannya dilecehkan para lelaki, hingga semua imajinasinya pun tidak lagi diminati lawan jenisnya.
Sekali lagi catatan ini dibuat atas pengamatan pada Perempuan yang Saya Tahu, kalau ada dari mereka yang 'Gede-Rasa' atau 'Marah-marah' karena alasan yang tidak saya tahu, hanya satu kata jawab saya 'Ajaib...'.

"Diijinkan untuk digubah ulang demi rasa terdera"

Terima kasih Ibu Cesi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun