Mohon tunggu...
Shouma Farhan
Shouma Farhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Akuntansi

Hobi nonton bola dan tidur siang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Oktober 2001, Skandal Terbesar di Dunia Akuntansi

9 Oktober 2022   09:00 Diperbarui: 9 Oktober 2022   09:05 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat di bulan ini, 21 tahun yang lalu, dunia dihebohkan dengan skandal perusahaan Enron. Perusahaan yang sudah enam kali dinobatkan sebagai perusahaan Amerika paling inovatif  versi majalah Fortune ini secara mengejutkan ketahuan "bekerjasama" dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen untuk melakukan kecurangan pada pencatatan keuangannya. Akibatnya tentu saja berdampak buruk pada kedua belah pihak, Enron yang tadinya mempunyai harga saham US$90 per lembar terjun bebas hingga US$26 sen per lembar lalu dinyatakan bangkrut pada 2 Desember 2001. Sementara itu, KAP Arthur Andersen selaku pihak yang bertanggung jawab mengaudit laporan keuangan Enron akhirnya ditutup secara permanen.

Enron merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan energi gas dan berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Korporasi besar ini terlahir dari merger perusahaan gas alam InternNorth dan Houston Natural Gas pada tahun 1985 dengan Kenneth Lay sebagai CEO-nya. Dalam perjalanan menjalankan bisnisnya, Enron termasuk perusahaan yang berkembang dengan sangat pesat. Namun, perkembangan ini tidak seindah dengan realitanya, karena para petinggi Enron menggunakan cara yang licik untuk memperindah Laporan keuangan Enron.

Beberapa jenis kecurangan yang dilakukan Enron adalah menggelembungkan pendapatannya dengan pendapatan fiktif  sejumlah US$600 juta, meminjam dana dalam jumlah yang besar untuk operasional lalu menyembunyikannya pada Laporan Keuangan, dan menyalahgunakan badan hukum Special-Purpose Entities (SPE). 

SPE ini mempunyai peran penting bagi Enron dalam melakukan kecurangannya. Singkatnya SPE adalah badan hukum yang berfungsi untuk melindungi perusahaan dalam memenuhi kebutuhannya tanpa memunculkan utang jangka panjang pada neraca, tetapi Enron menyalahgunakan SPE dengan mengeksploitasinya secara besar-besaran untuk menyembunyikan kerugian dan utang mereka. Hal ini membuat para investor tidak mengetahui angka liabilitas atau tanggungan utang yang sebenarnya Enron miliki.

Kasus ini mulai terungkap setelah munculnya whistleblower dari internal perusahaan, yaitu wakil presiden Enron sendiri, Sherron Watkins. Sekitar enam bulan sebelum kebangkrutan Enron ia sudah mencoba memperingati Lay dengan enam lembar surat yang berisi penjelasan tentang adanya praktik akuntansi tidak wajar terkait dengan SPE dan dampak buruknya terhadap perusahaan. Namun, peringatan itu dihiraukan oleh Lay dan akhirnya Sherron sendiri yang melaporkan praktik manipulasi itu. Tak lama setelah hal tersebut, benar saja, Enron bangkrut dengan sahamnya yang merosot tajam, karena utang yang terus menerus membesar.

Berangkat dari kesaksian Sherron, terusutlah bahwa KAP Arthur Andersen selaku pihak pengaudit Laporan Keuangan Enron terbukti disewa oleh Enron sendiri dan  bekerjasama dengan Andrew Fastow, Chief Financial Officer (CFO) Enron  untuk menggelembungkan pendapatannya dan menyembunyikan utang perusahaan yang kian membengkak setiap tahun.

Temuan menarik lainnya adalah selain membantu Enron memanipulasi catatan keuangannya, ternyata pihak Arthur Andersen juga bertanggungjawab atas  pemusnahan seluruh dokumen audit terhadap Enron. Kedua pihak pun dituntut oleh para pemegang saham di pengadilan.

Hasilnya KAP Arthur Andersen dan Enron dinyatakan bersalah. KAP Arthur Andersen akhirnya dibubarkan dan dewan direksi bersama internal Enron yang terlibat termasuk Kenneth Lay dijatuhkan vonis penjara. Selain itu, tuntutan ganti rugi senilai miliaran US dolar dari para investor beserta pihak lainnya yang telah dirugikan pun menjadi tanggung jawab Enron dan Arthur Andersen.

Dari kasus ini dapat diambil pelajaran bahwa dalam menjalankan suatu bisnis itu harus selalu menjunjung tinggi profesionalisme dan integritas. Enron yang menyampingkan hal tersebut pada akhirnya bangkrut dan merugikan banyak orang. Sementara itu, KAP yang seharusnya bersifat independen dan bertanggung jawab akan hasil pengauditannya malah tidak dilakukan oleh Arthur Andersen. Akibatnya KAP Arthur Andersen kehilangan kepercayaan dari publik.

Di samping itu, skandal ini  juga mengingatkan calon investor untuk lebih teliti dalam membaca laporan keuangan suatu perusahaan. Akan lebih baik pula kalau investor menginvestasikan uangnya ke bisnis yang mereka lebih pahami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun