Mohon tunggu...
Shopyan Imaduddin
Shopyan Imaduddin Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Extreme climbing

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Aku Berfikir, Maka Aku Temukan Cinta

3 Januari 2024   13:31 Diperbarui: 3 Januari 2024   17:09 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup sebenarnya sederhana ketika hendak mendapatkan cinta yang dapat membimbing kedamaian akan selalu berada dalam langkah yang benar.  Hanya membutuhkan keyakinan yang benar. Dengan keyakinan yang benar, cinta dengan sendirinya akan selalu hidup dalam  keyakinan yang benar. Untuk mendapatkan keyakinan cinta yang benar, harus berangkat dari sebuah pemikiran yang benar. Menurut Anita Tylor, berpikir artinya proses penarikan kesimpulan. 

Bambang Sumantri, mendefinisikan berpikir sebagai perpaduan otak dengan energi dalam proses mengolah informasi, baik yang datang dari diri sendiri maupun yang datang dari luar diri. 

Berbeda dengan Jujun S. Sumantri, berpikir diartikan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Sedangkan Syaikh Taqiyuddin dengan pemikiran yang cemerlang mampu mendefiniskan akal, pemikiran atau kesadaran sebagai pemindahan penginderaan terhadap fakta melalui panca indera ke dalam otak, yang disertai adanya informasi awal yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut.  Aisyah ra. pernah berkata bahwa siapa saja yang menjadikan Allah SWT sebagai akalnya, maka beruntunglah orang tersebut. 

Begitu juga Rasulullah saw. Bersabda: "Tidak beriman salah seorang diantara kamu sampai hawa nafsu (keinginan)nya mengikuti (tunduk) terhadap apa yang aku bawa (Islam)". Pada hadits lain dikatakan: "Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga aku berada dalam pikirannya ketika ia berpikir".

Dari keterangan ini, kita bisa mendapatkan keyakinan yang benar, yang diperoleh dari pemikiran yang benar. Artinya, hanya dengan menyandarkan keyakinan (akidah akliyah) pada Allah SWT semata, proses berpikir mulai dari mengungkap fakta oleh panca indera, lalu ditangkap oleh otak dan diolah dengan adanya infomasi terdahulu, lalu  tafsirkan fakta yang telah di tangkap tadi sehingga akhirnya sampailah  berada dalam bimbingan dan petunjuk Allah SWT. Allah SWT memberikan kelebihan dan kemuliaan berupa akal. Kelebihan dan kemuliaan inilah yang membedakan dengan malaikat dan setan. Setan hanya bisa berbuat dosa dan kemaksiatan. Malaikat hanya bisa berbuat taat dan tunduk. Sementara, manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di bumi dan mengabdi hanya kepada-Nya. 

Dengan akal inilah kita bisa mengendalikan naluri cinta agar cinta yang labuhkan kepada tempat yang sesuai dengan kehendak-Nya. Dari sini, pemaknaan tentang aku berpikir, maka aku temukan cinta dapat aku uraikan. Mestinya kita sadar dan selalu harus sadar bahwa hikmah Allah SWT ciptakan diriku, alam semesta dan kehidupan ini sebagai fakta adanya cinta tulus yang Allah SWT berikan. Agar fakta bahwa Allah SWT tulus mencintai hambanya dapat digapai, Allah SWT menciptakan akal sebagai alat untuk menemukan cinta-Nya dalam fakta tersebut. Terjadinya proses penafsiran terhadap fakta bahwa Allah SWT menciptakan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah dan menjadi khalifah di bumi, adalah sebagai bukti Allah SWT hambanya. Penafsiran inilah yang akan menentukan selamat tidaknya cinta. 

Apakah cinta yang dimiliki akan condong pada kekafiran dan pembangkangan, atau akan condong pada ketaatan dan ketundukan hanya pada-Nya?  Agar kecenderungan cinta yang telah diikat oleh akidah akliyah (keyakinan yang rasional) tidak terjerumus pada perwujudan cinta palsu, menipu, pembangkangan, kekufuran dan fatamorgana, baik cintaku kepada Allah atau cintaku karena Allah, Allah SWT mengutus para Rasul untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada umat agar mendapat petunjuk yang benar untuk tetap berada dalam kecintaan hanya kepada-Nya dan hanya karena-Nya, bukan pada selain-Nya atau tidak karena-Nya, ketika mengemban misi hidup di dunia ini, yaitu menjadi khalifah di bumi-Nya dan hanya untuk beribadah kepada-Nya. 

Inilah makna aku berpikir,maka aku temukan cinta. Cinta yang bukan hanya sekedar dorongan naluri, tetapi cinta yang berdasarkan keyakinan yang rasional dan berdasarkan wahyu-Nya semata. Dengan cinta seperti inilah aku akan mampu mengusir seluruh kabut-kabut cinta, segala perhiasan dunia yang semu dan menipu yang menghalangi ketulusan cintaku untuk tetap hanya menuju-Nya semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun