"Saya sudah sungguh-sungguh belajar, berusaha mendengarkan, berusaha memahami, tapi saya tak kunjung paham."
Perhatikan contoh kasus di atas!
Apakah dengan usaha-usaha tersebut seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh?
Jawabannya adalah ya, itu adalah sungguh-sungguh.
Apa sebenarnya makna sungguh-sungguh itu? Mengapa orang yang tidak paham ilmu disebut sungguh-sungguh?
Dalam hal ini, yang dipersoalkan bukan soal paham atau tidak paham, tapi proses selama belajar berlangsung.
Dengan ia berusaha memahami, menyimak, memperhatikan, itu merupakan arti dari sungguh-sungguh.
Perihal paham hanyalah tipikal saja. Ada yang berusaha memahami ilmu langsung paham seketika, ada yang pahamnya di suatu saat.
Coba ingat-ingat! Pasti ada ilmu yang diajarkan guru kita yang kita tidak memahaminya pada saat materi dijelaskan, namun baru kita mengerti di saat-saat sekarang.
Selain persoalan waktu seseorang memahami ilmu, juga karena kemampuan yang terbatas. Tidak semua ilmu bisa dipahami seluruhnya, namun itu tidak mengurangi nilai suatu kesungguhan.
Jika kesungguhan diartikan dengan paham seluruh materi ajar, jika sesempurna itu maknanya, maka tidak akan pernah ada seseorang yang berhasil meraihnya.
Sungguh-sungguh adalah soal etika belajar yang jika tidak dilakukan, maka ia tidak memiliki akhlak terpuji dalam dimensi pendidikan.
Bila sudah menyangkut akhlak, maka faidahnya pun semakin luas lagi. Keberkahan ilmu adalah diantara buah manis dari sungguh-sungguh.