Bersaut-sautan dengan petir.
Mengatasnamakan kebenaran.
Yang hakiki tak tergoyahkan.
Kebenaran?
Apa yakin disebut kebenaran?
Apa layak disebut kebenaran?
Apa salah disebut kebenaran?
Sangat lucu sekali.
Aku tertawa meninggi.
Sampai suara melengking.
Sehingga rasa perut ini melilit.
Itu semua hina.
Lebih hina dari kemunafikan.
Lebih hina dari kedustaan.
Lebih hina dari yang hina.
Keadilan? Tidak!
Kepedulian? Tidak!
Kemanusiaan? Tidak!
Kepuasan? Ya! Itu jawabannya!
____
Puisi ini ditulis pada 06 April 2018. Tidak ada maksud apa-apa. Hanya ingin berpuisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!