Mohon tunggu...
Muhammad Shoma
Muhammad Shoma Mohon Tunggu... Jurnalis - Wasis Solopos Angkatan XX

cogito ergo sum.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

27 Maret 2016   20:02 Diperbarui: 27 Maret 2016   21:20 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Muhammad Shoma.

Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, novel apik karya Eka Kurniawan, seorang lulusan Fakultas Filsafat di salah satu universitas nomor wahid Yogyakarta yang dewasa ini sedang menjadi buah bibir khalayak penikmat sastra. Benedict Ande[caption caption="Tampak Buku Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas"][/caption]rson pernah berkata bahwasanya Eka, merupakan seorang 'pengganti' daripada seorang sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Eka, yang juga menulis buku bertajuk Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis, pernah berujar bahwa seorang Pramoedya tak akan pernah tergantikan tempatnya dalam dunia kesusastraan Indonesia.

Hari ini saya sedikit baca karya Eka ini, dengan judul yang relatif panjang, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas. Buku ini menawarkan kekhasannya sendiri. Eka tak mau berbasa-basi seperti banyak sastrawan lainnya. Ia banyak menggunakan bahasa yang terkesan vulgar dan bebas. Hal inilah yang membuat angka 21+ tercetak dibelakang buku ini. Buku yang memiliki tokoh seperti Iwan Angsa, Ajo Kawir, Si Tokek, Wa Sami, Rona Merah, Agus Klobot, Paman Gembul dan lainnya ini juga renyah dan ringan untuk dibaca.

Bagi yang merindukan tulisan segar yang seperti tokoh kartun Si Juki bilang, anti mainstream, anda bisa baca buku ini dengan duduk di mobil dengan menikmati lagu jadul karya Koes Plus seperti yang saya lakukan saat ini atau dengan gaya anda sendiri.
Intinya, saya ga nyesel beli buku ini!

Satu hal lagi, Eka dapat menjadikan hal remeh dan ringan dapat menjadi sebuah rangkaian kejadian yang sayang kita tinggalkan. sebuah hal yang sulit diemui dewasa ini ditengan-tengah maraknya buku berkualitas rendah yang ditulis penulis tak berkemampuan mumpuni dan, lagi-lagi sayangnya buku yang bergenre galau-galau 'tak jelas' malah mendapat predikat Best Seller.

Buku ini, seperti menjadi tangkisan ditengah dangkalnya kemampuan orang-orang menilai, memilih dan memilah buku berkualitas. Buku ini layak anda baca sebagai koleksi buku sastra yang bermutu. Catat itu di buku daftar isi belanjaan anda agar tak luput.

Dengan gaya bahasa Eka yang tertuang dalam buku ini, bisa menjadikan buku ini memiliki dua hal yang berbeda; antara kebebasan sang Penulis dan yang dikhawatirkan adalah rendahnya kemampuan menerjemahkan makna cerita oleh Pembaca. 

Terkadang buku bermutu tinggi malah banyak tak dilirik oleh mata orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun