Mohon tunggu...
Shomadu Nur Fadzillah
Shomadu Nur Fadzillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gangguan Peran Gender Antara Maskulin dan Feminim

6 Maret 2024   04:24 Diperbarui: 6 Maret 2024   04:27 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terdapat kelainan atau gangguan dimana laki-laki berkeinginan menjadi seperti perempuan, yang seharusnya memiliki sifat maskulin, tetapi malah lebih condong ke feminim. Begitu sebaliknya, perempuan yang seharusnya memiliki sifat feminim, tetapi malah condong ke maskulin.

Pada dasarnya sifat maskulin ditunjukkan dengan sifatnya yang pemberani, tegas, dan pekerja keras. Sifat feminim ditunjukkan dengan sifatnya yang lemah lembut, pemalu, dan penyayang. Namun tidak selamanya sifat maskulin hanya dimiliki oleh laki-laki, begitu sebaliknya sifat feminin tidak hanya dimiliki perempuan saja. 

Akan tetapi setiap orang dapat juga memiliki dua sisi tersebut. Tinggal bagaimana cara orang tersebut bersikap dalam menggunakan sifat maskulin dan feminim yang dimilikinya.
Namun apabila tingkah laku yang seharusnya dimiliki oleh perempuan, justru lebih dimiliki oleh laki-laki maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai kelainan.  Contohnya laki-laki yang terlihat seperti perempuan, mulai dari cara bicara, cara berjalan, tingkah laku dan lain sebagainya. Karena sekarang ini sudah banyak orang yang mengalami hal seperti itu. 

Apabila terus dibiarkan, maka akan menimbulkan masalah yang berbahaya seperti terjadinya transgender. Lalu mengapa hal tersebut terjadi? Pasti ada sebab atau faktor yang mempengaruhinya seperti:
1. Faktor keluarga. Sejak kecil anak laki-laki sering didandani seperti layaknya anak perempuan, begitu sebaliknya.
2. Faktor pertemanan. Anak laki-laki sering berkumpul atau bermain dengan anak perempuan, begitu sebaliknya.
3. Faktor tontonan. Ketika anak dibiarkan atau tidak diawasi ketika menonton TV atau gadget, maka anak akan terlena, sehingga dapat melihat sesuatu yang tidak seharusnya dilihat bahkan sampai ditiru.
Maka dari itu keluarga memiliki peran penting untuk turut mendidik, mengawasi, dan membimbing anak. Jangan sampai anak terlalu dibiarkan atau tidak diperhatikan, agar ketika tumbuh dewasa mereka tidak memiliki gangguan gender seperti hal tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun