Mohon tunggu...
Sholihul Mubarok
Sholihul Mubarok Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Berfikir, membaca, menulis, menulislah hingga abadi di sana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi - Waruga

10 November 2023   08:23 Diperbarui: 10 November 2023   08:27 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di sini, setiap kerut adalah pahatan rasa yang di Aminkan oleh masa
Dan seiring waktu, perasaan-perasaan itu menggumpal dalam kalbu
Menjelma menyerupai batu, lalu berserakan sebagai sebuah kenangan
Sebagian perasaan itu tumbuh sebagai pohon kerinduan
Yang rindang oleh hujan airmata
Namun terkadang, gemersang oleh amarah
Sebelum akhirnya daun-daunnya berguguran di halaman duka
Untuk kemudian menanti musim semi paling damba

Di sini, benturan demi benturan kerap terjadi
Tak ubahnya dinding-dinding karang, di mana-mana penuh lubang tempat butiran-butiran garam bersemayam
Kemudian membercak sebagai noda dari luka yang paling cidera
Namun karang itu cukup tangguh
Berdiri lantang di amuk gelombang
Begitu tabah, dikoyak-koyak ombak

Di sini, tempat kesunyian melebur diri
Sebagai sebuah catatan puisi
Sedang rangkaian diksinya ditambang dari bukit-bukit memori serta melankoli
Ada juga yang tenggelam ke dasar palung sanubari terdalam

Di sini, tak ada yang abadi
Semua akan kembali bermuara
Mungkin yang tersisa hanya kenangan serta nama
Yang kelak aku wariskan kepada sesiapa yang sudi mengingatnya


Gresik, 27 Maret 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun