Mohon tunggu...
sholikhul huda
sholikhul huda Mohon Tunggu... Dosen - Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya/ Direktur INSID Research and Humanity/ Peneliti di Asosiasi Studi Agama Indonesia (ASAI)

Fokus Kajian Filsafat, Politik, Sosiologi dan Muhammadiyah Studies

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Premanisme Jalanan

10 Agustus 2024   09:10 Diperbarui: 10 Agustus 2024   09:10 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Premanisme jalanan'" merupakan gejala/situasi atau fenomena sosial yang mempertontonkan sikap/perilaku negatif, kasar, intimidatif dan penuh kekerasaan secara massif atau vulgar antar pengguna jalan di tengah masyarakat yang di unggah di media sosial. Gejala sosial "Premanisme jalanan" mengalami trend peningkatan dan semakin marak di tengah masyarakat kita. Hal itu dapat kita amati aksi-aksi Premanisme jalanan yang viral di berbagai media sosial, sehingga membuat gaduh, miris, dan membangkitkan kemarahan publik.

Dari amatan penulis aksi Premanisme jalanan terjadi bukan hanya sekali, tetapi sudah terjadi berulang kali dan selalu viral d media sosial. Seperti: Aksi pemukulan yang terjadi di tengah kepadatan lalu lintas itu melibatkan pengendara mobil Nissan Xtrail dengan nomor polisi RFH. Video aksi kekerasan yang berlangsung sekitar 31 detik itu direkam oleh wanita dalam kendaraan. Namun video itu menjadi viral setelah disebar oleh akun @dashcamownerindonesia. (BalikpapanCity.com, 4/5/2022). Selain itu adapula, Polisi masih terus melakukan penyelidikan terkait dugaan aksi kekerasan jalanan berupa pembacokan terhadap pengendara sepeda motor di kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta, yang terjadi pada Selasa (7/2/2023) pagi sekitar pukul 04.00 WIB.(TRIBUNYOGYA.COM/7/2/2023).

Aksi preman jalanan yang diduga dilakukan oknum polisi kembali terjadi di Tol dalam kota. Seorang pengendara mobil dinas polisi membawa senjata api melakukan aksi kekerasan terhadap pengendara mobil. Peristiwa tersebut terjadi pada Kamis 4 Mei 2023 pukul 22.30 WIB. Momen kekerasan yang dilakukan pengendara mobil dinas polisi yang membawa senjata api tersebut dibagikan akun Instagram @tigersespan. (JARINGANNEWS.co.id, 5/5/2023).

Fakta di atas, fenomena sosial "premanisme jalanan" yang semakin marak di masyarakat tentu sangat memberikan prespektif negatif dan berbahaya bagi keharmonisan kehidupan sosial masyarakat Indonesia. 

Peratama, gejala sosial "premanisme jalanan" ini sangat merusak citra bangsa Indonesia yang dikenal Bangsa Timur yang beradab dan berbudaya. Sebuah bangsa yang menjunjung tinggi budaya saling menghargai, saling memaafkan, gotong royong, penuh kesetiakawanan sosial, pemaaf dan penuh senyum damai. Tetapi, citra tersebut seakan hancur ketika kita menyaksikan maraknya aksi Premanisme jalanan yang meresahkan masyarakat kita. Aksi Premanisme jalanan seolah menggambarkan kepada dunia internasional bahwa bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa "Barbar Primitif". 

Istilah Barbar (bahasa Latin: Barbarus, bahasa Belanda: Barbaar, bahasa Inggris: Barbarian) adalah manusia yang dianggap biadab atau primitif. Orang barbar dapat saja merupakan warga sebuah bangsa yang oleh sebagian pihak dinilai kurang beradab atau kurang tertata (misalnya masyarakat kesukuan), namun dapat pula merupakan anggota dari kelompok budaya "primitif" tertentu (misalnya kaum Nomad) atau kelas sosial tertentu (misalnya gerombolan bandit), baik di dalam maupun di luar bangsa si penilai. Sebagai ungkapan atau kiasan, istilah "orang barbar" dapat saja digunakan untuk menyebut orang yang kasar, kejam, beringas, dan kurang peka menurut penilaian si pengguna sebutan. (Webster's New Universal Unabridged Dictionary, Simon & Schuster Publishing: 1972, h. 149)

Kedua, gejala Premanisme jalanan juga sangat berbahaya bagi kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang majemuk. Sebab, aksi-aksi Premanisme jalanan tersebut dapat dijadikan pemicu atau pemantik aksi-aksi kekerasaan antar Suku, Agama, Ras dan golongan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab atau untuk kepentingan politik (menuju Pemilukada 2024). Jika aksi tersebut terjadi antar orang atau kelompok yang berbeda SARA. Sehingga harus di waspadai oleh semua warga Indonesia yang majemuk ini, agar kemajemukan ini menjadi rahmat bukan bencana. Amin...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun