Kesiur angin fajar perlahan masuk ke telinga seseorang yang terlelap di atas lemari gantung. Bacaan Qur'an terdengar sepoi-sepoi mulai membangun kesadarannya. Perlahan dia membuka matanya sambil memegang fentilasi jendela kayu tua. Dengan hati-hati dia duduk sesekali menguap menahan kantuknya. Dia baru tidur pukul dua dan harus bangun pukul empat dini hari, ritual ini dia lakukan semenjak seminggu silam.
Seminggu sebelumnya.
Bagas "Gus kamu sudah selesai hafalan belum?"
Agus "belum Gus, masih seminggu, santay lah nanti aku kebut"
Bagas "astagfirullah Gus agus, tinggal seminggu mau kamu kebut! Mustahil lah.."
Agus "kalau berusaha, pasti bisa kan ya"
Dengan tampang penuh percaya diri agus menjawabnya sambil melambaikan tangannya.. "dah ya aku mau ke kamar dulu"
Percakapan mereka dikantin pun berakhir dengan Bagas yang masih heran dengan sikap sahabatnya itu.
"Heh malah bengong, jadi kamu mau beli apa?
Bagas kaget di tegur penjaga kantin ternyata semenjak percakapan tadi dia masih berdiri di depan kasir.
"Eh anu pak... Nasi bungkus satu sama gorengan dua"
"Oke.. tunggu bentar, nih pesanannya, lima ribu"
"Ini pak uangnya, terimakasih"
Sambil membawa sebungkus nasi, Bagas berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua paling pojok beratapan genteng, salah satu kamar yang masih beratapan genteng di asrama tersebut, yang lainnya atapnya telah di cor dan di gunakan sebagai tempat penjemuran pakaian.
Setibanya di kamar bagas tidak menemukan sahabatnya si Agus "Agus kemana ya, katanya mau ke kamar kok gak ada, ya udahlah aku makan aja" batinya. Saat makan malam tiba-tiba bagas mendengar suara berdesis di pojokan atas kamar, lama kelamaan suara itu makin terdengar dan tidak berhenti-henti, sampai akhirnya dia selesai makan. Setelah cuci tangan Bagas memberanikan diri mengecek di pojok kanan dengan membawa tongkat yang biasanya digunakan untuk mengambil pakaian yang digantung diatas. Bagas menusuk-nusukan tongkat ke pojok kamar di selipan-selipan baju, tiba-tiba terdengar suara "woy....apa-apaan ini, sakit tau, siapa yang dibawah, suara Agus sambil menonjolkan wajahnya di selipan pakaian gantung. "Lo....aguss" teriak Bagas dengan kagetnya. "Ngapain sih gas, ganggu orang aja, orang lagi sibuk juga", "ya maap Gus, gak tau kalau itu kamu, ku kira tadi ada hewan apaan hahaha" jawab Bagas dengan santainya, "ya udah guwe lanjut mau hafalan lagi, awas jangan ganggu loh ya", "siap-siap dah... semangat ya hafalannya wkwkwkkw, guwe mau tidur dulu, istirahat itu perlu boy" sambil melambaikan tangannya Bagas meninggalkan Agus yang masih diatas lemari gantung. "Mentang-mentang sudah hafal Lo, sombong amat" cerutu Agus. Rutinitas Agus yang hafalan sampai larut malam ini dia lakukan seminggu penuh, demi dapat menyetorkan hafalannya.
Diatas lemari gantung saat Agus bangun, "hari ini guwe harus setoran hafalan, kalau ngak nanti gak bisa naik kelas lagi, teman-teman satu kamar sudah pada hafalan semua tinggal aku aja ..hmmm " batin agus.
"Gus turun ayo jamaah" teriak teman satu kamarnya dari bawah.
"Iya ini mau turun kok, uwaaahhhh masih ngantuk" Agus turun dari lemari gantung kemudan bergegas ke kamar mandi dan mengikuti jamaah di aula bawah.
Setelah selesai jamaah Agus menemui Bagas temannya "gas bisa bantuin guwe gak", "apaan Gus", "bantuin semain guwe dong", "emang Lo udah hafal wkwkwk", "ya udah sih, tapi ada yang gak lancar", "ya udah sini-sini guwe semain, nanti Lo harus setoran sama ustad hari ini terakhir bro", "iye-iye...dah".
Waktu setelah jamaah subuh Agus menghabiskan dengan bersemaan kepada Bagas dengan berulangkali dia berusaha mengingat ingat apa yang dia hafalkan seminggu yang lalu, jumlah hafalan yang harus dia setorkan ialah 100 nadhoman seperti siswa-siswa lainnya. Normalnya siswa yang lain mencicil hafalannya dengan setiap hari menghafalkan minimal 3 bait dan dalam sebulan sudah dapat menghafalkan dengan lancar.
Pukul menunjukan angka 07.00 siswa-siswa masuk kelas dan mengerjakan ujian kenaikan kelas sampai pukul 10.00. setelah selesai mengerjakan ujian siswa yang telah menyetorkan hafalannya kembali ke asrama dan yang belum menyetorkan hafalannya masih tinggal di kelas.
Agus yang kebetulan belum menyetorkan hafalannya masih dikelas sendirian, teman-temannya telah menyetorkan hafalannya semenjak hari pertama ujian. Ujian dilaksanakan 10 hari dan waktu setoran dibuka saat selesai ujian. "Kok sepi banget ya, mana tinggal aku sendiri lagi, ustadnya juga belum datang, kok aku jadi gerogi ya," pikir Agus. Krekkk....suara pintu terbuka "akhirnya ustadz nya datang juga" pikir Agus.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam ustdad"
"Lo...Agus ternyata kamu to, yang masih belum hafalan"
"Iya ustad" jawab Agus dengan wajah malau-malunya"
"Sini-sini merapat ke depan jangan di pojokan terus'
"iya ustad" Agus berjalan gugup kedepan dan duduk berhadapan dengan ustad
"Agus... Kamu sudah tiga tahun disini, kok hafalan paling akhir sih, seharusnya kamu hafalan paling awal dong, memberikan contoh kepada adik-adik kelasmu"
"Iya ustadz, mohon maaf" jawab Agus sambil menundukkan kepalanya
"Ya udah, kamu yakin sudah hafal ?"
"Yakin ustad"
"Kamu tahu kan, kalau tidak hafal tidak naik kelas,"
"Iya ustadz tahu"
"Hari ini hari terakhir, kalau kamu gak hafal hari ini berarti kamu gak akan naik kelas Gus,"
"Iya ustad, insyaallah aku hafal"
"Amin, silahkan dimulai hafalannya"
Agus memulai hafalannya dengan rasa gerogi, walaupun dia sudah tiga tahun tapi disaat setoran hafalan dirinya tetap gerogi, apalagi ini hari terakhir artinya ini kesempatan terakhir Agus untuk bisa naik kelas. Waktu pun berlalu Agus hampir selesai menyetorkan hafalannya walaupun dengan bantuan sedikit-dikit oleh ustadz. Hingga lima bait sebelum akhir Agus kelupaan.
"Gimana Gus, masih kurang lima"
"Iya ustadz, Agus lupa" jawab Agus dengan wajah lesu
"Tadi bapak sudah banyak memancing Agus, kalau ini kurang ya Agus gak naik kelas"
"Jangan pak, beri aku kesempatan biar dapat naik kelas" jawab Agus dengan suara berat
"Gini aja, bapak beri kamu kesempatan terakhir, untuk menghafalkan Lima bait ini, selesaikan dalam 10 menit bapak tunggu"
"Iya pak, terimakasih pak," jawab Agus dengan penuh semangat
Sepuluh menit berlalu Agus menghafal dengan penuh konsentrasi, keringat bercucuran di dahinya karena begitu konsentrasi nya dia.
"Udah sepuluh menit Gus" suara pak ustadz membuyarkan konsentrasi Agus
"Baik pak, insyaallah sudah hafal"
Dengan terbata-bata kata demi kata agus menyetorkan sisa hafalannya, lima bait terasa seratus bait kalau belum lancar menghafalnya, Agus konsentrasi penuh untuk mengingat yang dia hafalkan.
"Eheemmm" suara batuk dari pak ustad membuyarkan konsentrasi Agus
"Ulangi Gus"
"Iya pak, sampai mana tadi ya..kok mendadak kabur ini, ayok ayok bisa yok bisa," batin agus untuk menyemangati diri sendiri.
Agus masih terbata-bata dan akhirnya lima bait terakhir diselesaikannya juga.
"Alhamdulillah, akhirnya tuntas" ucap pak ustadz.
"Alhamdulillah pak, Agus mengusapkan tangannya kemuka tanda syukur karena telah menyelesaikan hafalannya"
"Jangan di ulangi kembali Gus, hari terakhir baru setoran, gak baik, berikan contoh yang baik kepada adik-adik mu, kalau sampai semester besok masih diulangi lagi, kamu tahu kan resikonya" nasihat pak ustadz sambil beranjak meninggalkankan kelas.
"Iya pak, tidak bakal, saya ulangi lagi cukup kali ini saja" jawab Agus dengan kepala tertunduk.
Sesampainya dikamar.
"Woii aguss, gimana lancar gak tadi hafalannya" nyeletuk Bagas yang lagi rebahan
"Alhamdulillah lulus, walaupun terbata-bata sih"
Bagas langsung bangun dan merangkul Agus
"Wedeh keren Lo Gus, dapat makan Geratin nih wkwkwkw"
"Teman-teman kita dapat makan geratis dari Agus nih" teriak Bagas ke teman-teman lainnya.
"Tidak -tidak" pembelaan Agus yang masih di dekapan Bagas
"Jadi tadi kamu di apaain aja gus"
"Nanti tak ceritain, tapi lepasin dulu nih sakit."
"Oh iya-iya lupa wkwkw"
Setelah mengganti pakaiannya, Agus menceritakan kejadian saat hafalan kepada bagas.
"Wkwkwkw kasihan, Lo sih ngeremehin seminggu baru hafalan, tau sendiri kan akibatnya, dapat senam jantung dari pak ustad wkwkwkw" tawa Bagas terbahak-bahak.
"Iya-iya semester besok gak gue ulangin lagi dah, kapok gue, untung masih bisa"
"Lo sih ngeyel, Mulu kalau di nasehatin tiru gue dong hari pertama langsung setor"
"Iye iye,,, sipaling rajin".
"Wkwkkwkw" gitu aja ngambek Gus
"Mending sekarang kita ke kantin aja yok, makan laper nih" ajak Bagas
"Ayok lah, gue juga laper"
"Jangan lupa Lo yang bayarin ya"
"Iya-iya gampang"
"Wkwkkww gini nih teman yang paling baik"
Akhirnya Hari ini Agus berhasil menyetorkan hafalannya dengan bantuan ustad dan semangat kuat dari dalam dirinya.
Ambilah yang baik dan tinggalkanlah yang buruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H