Mohon tunggu...
Mohamad Sholihan
Mohamad Sholihan Mohon Tunggu... wartawan -

Marbot Masjid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ibadah hanya Getol di Bulan Ramadhan

19 Juni 2016   17:17 Diperbarui: 19 Juni 2016   17:38 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau di bulan Ramadhan getol beribadah, tapi setelah Ramadhan tidak lagi getol, maka sudah jelas dia beribadah bukan untuk Allah. Begitu juga seseorang yang shalat kalau ada orang dilama-lama-in. Tapi kalau tidak dilihat orang, shalatnya kilat alias sebentar. Kalau shalat menjadi imam, surat yang dibaca panjang-panjang, tapi kalau shalat sendiri, pendek-pendek.

KH.Syaikhu, Lc merasa prihatin kalau ada orang ibadah hanya ingin dilihat orang. Ia pernah melihat, ada orang berpuasa Senin-Kamis, semua orang yang dijumpai diberi tahu. Pokoknya setiap berjumpa dengan orang, diberi tahu. Ia ingin dibilang sebagai orang yang ahli puasa.

“Kita ibadah sebenarnya bukan untuk menyenangkan orangtua, istri, suami, anak, dan orang lain melainkan semata-mata untuk Allah,” katanya di hadapan jamaah Shalat Dhuhur dalam bulan Ramadhan, Masjid Daaruttaqwa, Wisma Antara, Jakarta.

Orang-orang dulu kalau banyak orang, dia tidur atau pura-pura tidur. Tapi kalau tidak ada orang, dia bangun untuk melaksanakan shalat tahajud. Sehingga tidak ada orang yang tahu kalau dia seorang yang ahli tahajud. Dia tidak marah ketika orang-orang mengatakan, “Dia kalau malam kerjanya tidur melulu, tidak pernah tahajud.”

Berbeda dengan kewajiban mengeluarkan zakat dan shalat berjamaah, tidak apa-apa dilihat orang. Itu memang ibadah yang sifatnya terbuka dan mudah dilihat oleh orang banyak. Ia minta agar sembunyikan amal ibadah, jangan sampai orang lain melihat, bahkan kalau bisa istri pun tidak perlu tahu kalau ia ahli ibadah. “Kebanyakan dari kita, puasa Senin-kamis saja baru dilakukan 2 -3 kali, mertua sudah tahu. Shalat tahajud baru 2 -3 dilakukan, tetangga sudah tahu,” ujarnya.

Seorang shabat Nabi, setiap kali bangun tidur, dia menyesal karena malamnya tidak sempat shalat tahajud. Tapi ia merasa senang dan bangga kalau bangun pagi, malamnya bisa melaksanakan shalat tahajud. Kalau seseorang biasa tahajud, suatu hari ketiduran tidak sempat tahajud, maka dia tetap dapat pahala tahajud. Yang penting sudah ada niat sebelumnya. Di awal Ramadhan, umat Islam disunnahkan niat puasa untuk sebulan penuh. Kalau ternyata ia mati sebelum berakhirya Ramadhan, ia tetap dapat pahala puasa sebulan penuh Ramadhan.

Kalau niat jangan tanggung-tanggung, niat sebanyak dan sebesar mungkin agar dapat pahalanya juga banyak. Bilal pada saat adzan, dia niat bukan hanya memanggil orang yang ada di sekitar Makkah atau Madinah saja, tetapi seluruh dunia. Sebelum adzan ia niat dan berdoa agar suara panggilan shalatnya terdengar jauh ke pelesok-pelosok, sehingga banyak orang yang tergerak untuk shalat.

Di bulan Ramadhan ini, Syaikhu menekankan pentingnya bersedekah sebanyak mungkin. Yang punya kurma, bakwan, dan makanan lainnya keluarkan untuk keperluan ta’jil berbuka puasa. Orang kafir saja menurutnya, senang memberi makan terhadap orang Islam. Orang Budha dan Hindu, banyak bersedekah untuk orang Islam. “Tidak ada orang bangkrut gara-gara bersedekah,” tegasnya.

Ia menganjurkan agar semua orang yang berpuasa yang punya rizki lebih, agar bersedekah ta’jil untuk orang yang berbuka puasa. Kalau bisa sediakan di musholla atau masjid berupa kurma atau air mineral untuk jatah sebulan. Kurma untuk sebulan, paling hanya 3 kg. Suruh istri di rumah agar membuat pisang goring, lalu kirimkan ke musholla atau masjid. Ketika bersedekah jangan lupa berdoa, “Ya Allah, puasa saya belum tentu diterima, tapi kita sudah pasti dapat pahala dari orang yang berbuka puasa.”

Ia terkesan dengan seorang kakek tua yang sering memberikan tisu kepada orang yang habis berbuka puasa. Memang sedekahnya sederhana, nilainya tidak seberapa dari beberapa lembar tisu, tapi sedekah tersebut bisa mengguncang Arasy-nya Allah..

Ia minta jangan meremehkan sedekah yang tampak kecil. Jangan dikira kalau sedekahnya kecil pahalanya kecil, kalau sedekahnya besar, pahalanya besar. Allah itu tidak seperti manusia, yang kecil dibalas kecil, yang besar dibalas besar. Allah tidak seperti yang dibayangkan oleh manusia. Yang jelas, Allah tidak sama dengan makhluk-Nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun