[caption caption="KH. Muchtarom"][/caption]
Dalam rangka menyambut Hari Ibu, K.H. Muchtarom menguraikan tentang pentingnya berbakti pada ibu. Berbakti pada ibu menjadi penyebab terbukanya pintu surga. Bagi yang masih punya ibu, terutama ibunya yang sudah tua, berbaktilah. Sebab manusia semakin tua semakin cerewet dan kemampuan mengingatnya sudah menurun. Sudah makan, lupa minta makan lagi. Sudah shalat, lupa shalat lagi, dan seterusnya. Kelakuannya menjengkelkan.
“Inilah ladang pahala jika kita bersabar menghadapinya. Jangan pernah memenangkan sang istri. Wajib kita paksa istri kita dengan memberikan pendidikan tentang pentingnya berbakti pada ibu kita,” katanya di hadapan Jamaah shalat dhuhur Masjid Daaruttaqwa, Wisma Antara, Jakarta.
Berbakti pada orangtua, terutama ibu menjadi penyebab seseorang masuk surga. Meskipun shalatnya biasa-biasa saja, yang dikerjakan wajib-wajibnya saja. Puasanya biasa-biasa saja, yang dikerjakan yang wajib-wajib saja. Pengetahuan agamanya biasa-biasa saja, tapi dia sangat berbakti pada ibunya. Dia berusaha sekuat tenaga membuat ibunya ridho dan senang. Orang seperti ini dumuliakan oleh Allah dan dijanjikan masuk surga.
Ada seseorang yang sering disebut-sebut oleh Nabi padahal belum pernah bertemu dengan orangnya. Orang yang sering disebut Nabi bernama Uwes. Dia bukan orang alim yang banyak pengetahuan agamanya, dia bukan seorang ahli jihad, bukan seorang ahli sedekah, tapi dia dikenal sebagai seorang yang sangat berbakti pada ibunya.
Dia pernah menggendong ibunya dalam jarak yang sangat jauh menuju Makkah. Sekali lagi ia mengatakan, Nabi sering menyebut-nyebut nama Uwes. Bahkan kalau bertemu dengan dia, Nabi berpesan, mintalah doanya.
Mencari ridho orangtua harus didahulukan daripada mencari ridho istri. Banyak orang yang membuat ibunya menangis. Sementara dia membuat istrinya tertawa. Ketika istrinya ngambek, dia takut sekali. Tapi ketika ibunya marah, dia biasa-biasa saja. “Ini musibah besar. Ini luar biasa. Cerai tidak masalah demi menyenangkan orangtua. Cerai sesuatu yang berat sekali, tidak masalah. Cerai itu bukan suatu yang haram mutlak, demi mencari ridho orangtua. Dalam Hadis Nabi disebutkan, “Ridho Allah tergantung pada ridho orangtua dan murkanya Allah tergantrung pada murkanya orangtua.”
Menurutnya, tidak ada ridho Allah tergantung ridho istri. Juga tidak ada murka Allah tergantung murka istri. Istri mau ridho atau tidak, yang penting seseorang berbakti pada orangtua, taat pada Allah. Istri harus dididik taat pada suami dan Allah, bukan untuk ditakuti.
Ada seorang laki-laki datang ke Shahabat Nabi, Abu Darda yang ahli ibadah. Laki-laki tersebut mengatakan,
“Ibuku menyuruh menceraikan istriku. Sebab ibuku tidak suka.”
Abu Darda tidak menjawab dengan pendapatnya sendiri melainkan mengutip sabda Nabi,