Ketujuh, kadar keutamaan. Rasulullah membuat urut-urutan yang paling utma. Pertama iman, kedua shalat, ketiga berbuat baik pada orangtua, dan keempat jihad. Seperti shalat berjamaah, yang utama shalat di shof pertama.
Semakin banyak kualifikasi kebaikan yang ia berikan, semakin banyak manfaat yang ia dapatkan. Semakin banyak manfaat yang didapatkan, maka semakin tinggi nilainya di sisi Allah. “Kita harus bisa membagi dan memberikan lebih banyak manfaat pada orang lain.
Islam mendeorong agar umatnya berorientasi pada manfaat. Semakin banyak manfaatnya, semakin besar nilainya, seperti sedekah yang paling banyak, paling ikhlas, paling banyak manfaatnya, lama langgengnya, diberikan kepada yang paling utama. Ini nilainya paling tinggi.
“Kita harus memhami nilai-nilai dan manfaat yang bertebaran, sehingga dalam hidupnya dipenuhi hal-hal yang bermanfaat. Manusia hidup berkisar 63 tahun. Keunggulan manusia yang satu dengan lainnya bisa dilihat dari manfaat yang ia miliki dan diberikan pada orang,” katanya lagi.
Seseorang harus cerdas memilih perbuatan yang bermanfaat dan bisa mengolah emosi, sehingga tidak terjebak pada hal-hal yang tidak ada gunanya. Seseorang hendaknya tidak hanya berpikir dari dimensi hukum. Seseorang sering mengatakan, “Tidak haram saja kok perbuatan yang aku lakukan.” Padahal meski tidak haram, perbuatan itu tidak ada gunamya. Jangan ragu untuk meninggalkan hal-hal yang tidak ada gunanya.
Setiap orang hendaknya jangan bersentuhan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Mendengar saja terhadap hal yang sia-sia, tidak boleh. Dalam hidupnya harus diisi dengan hal yang bermanfaat semua. Yang didengar bermanfaat, maka yang diucapkan pun pasti bermanfaat. Bukankah ucapan itu hasil dari pendengaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H