[caption caption="Muhsinin Fauzi"][/caption]Manusia harus kenal dengan tetangga, dekat dengan tetangga, dan baik dengan tetangga. Ayat yang mengharuskan baik dan dekat dengan tetangga, “Sembahlah Allah, jangan menyekutukan dengan sesuatu apa pun, berbuat baik pada kedua orangtua, kerabat, yatim, miskin, tetangga dekat atau tetangga yang punya hubungan kerabat, tetangga jauh atau tetangga yang tidak punya hubungan kerabat, teman di perjalanan, dan teman.”
“Kita dididik agar selalu dekat dengan tetangga. Kalau dekat dengan kerabat, koneksitasnya darah. Kalau dengan sesama muslim, koneksitasnya agama. Kalau hubungan dengan tempat tinggal disebut tetangga.Hubungan lainnya, persahabatan. Kita wajib berbuat baik dengan siapa pun. Kepada siapa pun yang punya hak atas kita, kita wajib berbuat baik. Dengan demikian, kita punya ikatan yang banyak dan punya dukungan yang banyak.”
Demikian kajian ba’da Dhuhur di Masjid Daaruttaqwa, Wisma Antara, Jakarta yang disampaikan oleh Muhsinin Fauzi. Lebih lanjut ia menjelaskan, kaitannya dengan tetangga, Allah jadikan hubungan dengan orang lain sebagai kebajikan.
Kalau menjalani hidup ini dengan mengikuti syariat, termasuk selalu berbuat baik dengan tetangga, maka kehidupannya akan baik dan damai. Syariat akan menjembatani kebutuhan seseorang di alam semesta. Setiap orang membutuhkan orang lain. Kalau dia punya hubungan yang baik dengan berbagai pihak, termasuk dengan tetangga, maka ke mana pun pergi, dia akan mendapatkan kemudahan dan pertolongan.
“Kita dididik oleh agama untuk sangat memiliki peduli sosial, karena kita hidup bersama dengan orang lain. Selama ini kita diam-diam menikmati kehidupan kota yang egois. Kehidupan di komplek perumahan yang tinggi tembok pembatasnya, tidak saling mengenal. Kini setiap rumah pada umumnya sangat mandiri. Sekarang banyak dari kita merasa tidak saling membutuhkan,” ujarnya.
Saat ini harus disadari ada di dunia yang unik, dunia maya. Dunia maya menjauhkan yang dekat dan medekatkan yang jauh.. Kalau tidak diantisipati, seseorang bisa sama sekali tidak kenal dengan tetangga. Yang penting dalam hubungannya dengan tetangga yang pertama, jangan pernah menyakiti tetangga dalam keadaan apa pun. Kalau sekiranya mobil seseorang diparkir di halaman tetangga membuat sakit hati tetangga, maka jangan diteruskan kecuali kalau tetangganya mengizinkan..
Sudah tahu berada dalam lingkungan rumah yang luas jalannya hanya beberapa meter, beli mobil yang ukurannya besar, sehingga sulit tetangga lain parkir. Sudah tahu rumahnya mepet dengan tetangga lain, membunyikan musik kerasnya tidak terkira. Ini harus dihindari, karena sudah pasti dapat menyakiti hati tetangga.
Hadis Nabi, “Tidak dianggap beriman sampai seseorang bisa menahan hawa nafsunya.” Agar dengan tetangga bisa terjalin hubungan baik, maka harus saling menahan diri dan tidak saling menyakiti. Karena itu ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah tentang banyaknya kewajiban yang harus dipenuhi. “Ketika saya tidak bisa memenuhi beberapa kewajiban itu, apa yang mesti saya lakukan?”
“Engkau berhenti menyakiti orang, hal itu sebagai sedekahmu.”
Jadi kalau sesseorang tidak bisa berbuat baik, maka menurut Muhsinin, minimal ia tidak menyakiti orang.
Kedua, suka memberi. Nabi menganjurkan kalau memasak kambing, hendaknya diperbanyak kuahnya agar bisa memberi tetangga. Apa hebatnya kuah? Pemberian kecil merupakan bentuk perhatian terhadap tetangga. Pemberian kecil kadang bisa melebihi pemberian yang besar.. “Anda bawain motor belum tentu dia bahagia. Anda bawatin tersi kecil setelah pulang dari luar kota, cukup mencairkan suasana. Ini memang hal yang ringan, tapi banyak orang terperosot justru dengan hal yang ringan,” tambahnya.