Mohon tunggu...
Mohamad Sholihan
Mohamad Sholihan Mohon Tunggu... wartawan -

Marbot Masjid

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ramadhan Momentum Perubahan

4 Juli 2015   08:40 Diperbarui: 4 Juli 2015   08:40 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua ibadah dalam Islam menurut Dr.Amir Faishol Fath, bertujuan untuk membangun perubahan. Perubahan dalam diri pelakunyan agar hidup lebih baik, lebih tenang, lebih bahagia, dan berakhlak mulia. Shalat misalnya, bertujuan agar yang menegakkannya bisa mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (Q.S. Al-Ankabut: 45).

Demikian pula puasa Ramadhan, dianjurkan agar semua umat Islam berbenah diri selama sebulan dalam suatu kegiatan yang intensif. Siang hari, mereka menahan nafsu dari terbit fajar sampai maghrib: nafsu makan dan minum, nafsu berhubungan suami istri, nafsu amarah, dan nafsu berbuat maksiat. Malam harinya, sibuk dengan shalat malam, dzikir, dan memohon ampunan kepada Allah.

Sudah barang tentu seorang mukmin yang jujur akan melaksanakan semua rangkaian ibadah ini secara intensif selama sebulan, akan mengalami perubahan. Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertaqwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 183).

Dari ibadah puasa, seorang mukmin akan mencapai derajat taqwa. Menurut Amir Faishol , taqwa adalah puncak pencapaian akhlak mulia. Bukan saja akhlak kepada Allah tetapi juga terhadap makhluk-Nya. Seorang mukmin yang berakhlak mulia, tidak mungkin menunda-nunda shalatnya sesibuk apa pun. Ia akan tetap mengutamakan Allah di atas segala-galanya.

Di saat yang sama, seorang mukmin tidak akan melanggar ajaran Allah. Ia akan sungguh-sungguh menjauhi kemaksiatan. Lebih dari itu ia akan selalu berbuat baik terhadap sesama makhluk Allah. Bukan hanya terhadap sesama manusia, melainkan juga terhadap makhluk Allah yang lain, termasuk terhadap binatang.

Ada seorang wanita yang ahli ibadah mengikat seekor kucing, tidak memberikan makan dan tidak membiarkan kucing mencari makan sendiri, sampai kucing itu mati. Rasulullah menegaskan, “Wanita tersebut masuk neraka.”

Selama puasa Ramadhan, Amir Faishol menekankan agar seorang mukmin bukan saja menahan lapar dan dahaga saja melainkan juga menahan diri dari segala bentuk dosa dan menjauhkan diri dari kesia-siaan. Karena itu Rasulullah bersabda, “ Betapa banyak orang yang berpuasa Ramadhan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.”

Ramadhan itu menurutnya, ibarat kepongpong bagi ulat, yang setelah memasukinya beberapa lama, ia keluar dan berubah menjadi kupu-kupu. Ibarat pom bensin bagi kendaraan, yang setelah memasukinya, kendaraan telah penuh berisi bensin. Juga ibarat bengkel bagi mobil, yang setelah perbaikan di dalamnya, mobil itu menjadi lebih baik dan lebih cepat larinya.

Seorang mukmin yang memasuki Ramadhan harus berbenah diri selama sebulan penuh. Sehingga setelah keluar darinya dan memasuki hari raya pada 1 Syawal, ia benar-benar telah kembali pada fitrahnya. Itulah rahasia, mengapa hari perubahan itu disebut Hari Raya Idul Fitri. Hari kembalinya sang hamba ke titik fitrah kemanusiaannya. Sungguh rugi orang yang diberi kesempatan Ramadhan, tetapi tidak berubah. Seperti Accu yang disetrum sekian lama, tetapi tidak berisi. Itu pertanda Accu tersebut telah soak.

Allah mengambarkan dalam Al-Qur’an bahwa orang yang melakukan ibadah dan amal shaleh tetapi tidak ada perubahan sama sekali dalam akhlaknya. “Dan janganlah kamu seperti seorang wanita yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (Q.S.An-Nahl: 92).

Dalam melaksanakan profesi, Amir Faishol memberikan tiga nasehat. Pertama, buatlah target khusus dalam pekerjaan yang harus diselesaikan. Berkomitmenlah dan merealisasikannya. Demikian juga di Ramadhan, harus juga mencapai target yang Allah tentukan, seperti shalat malam dan mengkhatamkan Al-Qur’an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun