Hingga tahun 2016 ini, kasus korupsi masih terus terjadi dan bahkan semakin menjadi-jadi di semua level pemerintahan baik eksekutif, legislative dan yudikatif sekalipun. Dalam beberapa bulan ini misalnya, sudah hampir 3 kasus besar yang terungkap ke publik olek KPK. Ada anggota DPR, DPRD, Jaksa, Bupati, Pengusaha dan lain sebagainya. Padahal kita jelas-jelas telah menyatakan tekad ANTI KORUPSI semenjak semangat reformasi dikobarkan mahasiswa diawal tahun 1998 lalu.
Namun faktanya? NOL besar. Harapan bangsa ini untuk melepaskan diri dari sebutan negara terkorup di dunia tak kunjung memperoleh hasil yang signifikan. Bahkan, sebaliknya. Korupsi semakin merajalela dalam berbagai motif dan bentuk yang semakin canggih. Praktek korupsi bukan berkurang tapi malah semakin banyak dan nyata.
Berita korupsi datang silih berganti dan datang dari berbagai penjuru angin. Korupsi di negeri ini seakan telah mengakar kuat dalam setiap detik perjalanan bangsa ini, sehingga tak ada ruang, waktu dan kesempatan yang tak terjamah oleh praktek korupsi. Korupsi sepertinya telah menajdi BUDAYA BARU masyarakat kita.
Benarkah korupsi telah menjadi budaya baru kita? Faktanya, hampir seluruh lapisan struktur dalam masyarakat tidak bebas dari perilaku korupsi. Bahkan seorang yang memiliki integritas dan kapasitas yang tidak diragukan lagi dalam pemberantasan korupsi juga tercebur ke dalam lembah korupsi. Sepintas dugaan ini bisa benar karena mayoritas masyarakat di semua level kehidupan tidak ada yang terbebas dari korupsi. Artinya mereka pernah, biasa dan terbiasa melakukan korupsi. Salah satu penyebabnya adalah terobsesinya mereka untuk menjadi “KAYA” dengan proses yang cepat. Dan satu-satunya kjalan pintas itu adalah KORUPSI.
Saya kira, praktik Korupsi itu bisa dilihat secara telanjang dimanapun berada. Tidak usah jauh-jauh, lihat saja praktik korupsi di sekitar anda? Saya yakin praktik korupsi tersebut pasti ada dalam skala yang bervariasi. Cuma kita yang malu, sungkan dan malas untuk mengungkapnya ke publik.
Entahlah, sampai kapan kondisi ini akan terus terjadi. Yang pasti, kita semua berharap agar budaya korupsi ini bisa secepatnya dihilangkan demi masa depan bangsa tercinta ini. Dan kita butuh figure yang benar benar anti korupsi dan bersih untuk bisa memperbaiki bangsa ini. “Menjadi seikat sapu yang bersih sebelum membersihkan lantai yang kotor dan bernoda.”
Semoga renungan ini bermanfaat. Amiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H