Terus terang, sebagai masyarakat biasa yang notabene merupakan ummat islam, sebenarnya saya merasa malas untuk ikut-ikutan dalam polemik Demo 4 November 2016 besok karena hal itu memang dijamin konstitusi dan syah syah saja. Tapi siang ini begitu membaca ada pemberitaan perihal himbauan Imam Besar FPI, habib Rizieq Syihab, saya kok terdorong untuk sekedar memberikan sharing pendapat saya. Sungguh saya merasa prihatin dengan cara-cara yang dilakukan Imam Besar FPI terkait “Demo Penistaan Agama oleh Ahok” tanggal 4 November 2016 dimana beliau dalam akun twitternya (@syihabrizieq) meminta dan mengimbau agar TNI, Polri, dan pegawai negeri turun ke jalan untuk ikut beraksi.
“Seruan kpd TNI, POLRI dan PEGAWAI NEGERI sbg Garda Bangsa & Negara: Ayo turun bersama Umat pd Aksi Bela Agama & Negara 4 Nov 2016”.
Tidak berhenti disitu saja, sejam kemudian, akun twitternya juga meminta agar segenap pegawai dan pelajar diliburkan oleh perusahaan dan sekolahnya masing-masing di 4 November mendatang.
“Seruan kpd PERUSAHAAN, KANTOR & SEKOLAH. Ayo liburkan segenap pegawai, pekerja & pelajar maupun mahasiswa utk turun AKSI BELA AGAMA & NEGARA”. (pukul 9.32 WIB)
Melihat isi ciutan twitter beliau tersebut, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Imam Besar FPI ini, saya sebagai warga masyarakat merasa ada yang berlebihan (alias lebay) dengan sikap beliau. Kalau mereka mau demo, ya silahkan demo saja karena itu merupakan hak setiap warga negara. Menurut saya, himbauan ini salah alamat karena tidak ada hubungan sama sekali antara demo ini dengan TNI, POLRI, PEGAWAI, Pegawai Negeri Sipil. Justeru mereka harus netral sebagai abdi negara. Apalagi meminta sekolah-sekolah untuk libur? Kan murid-murid sekolah sedang giat belajar menuntut ilmu. Sungguh suatu pemikiran yang menurut saya “berlebihan dan kurang bijaksana” dan terlihat terlalu arogan dan cendrung memaksakan kehendak.
Bagi masyarakat yang suka dan mau ikut demo, monggo silahkan saja, tetapi jangan paksakan orang lain untuk ikut demo, apalagi dengan cara-cara yang kurang elegan.
Selain itu, saya sungguh merasa prihatin karena saat ini di media social, ratusan viral provokatif cenderung perihal demo ini terkesan mengadu domba masyarakat. Peredarannya berpotensi menimbulkan segresi social dan konflik di masyarakat. Pilihannya hanya ada 2, antara islam Vs kafir. Antara pendukung ahok yang penista alqur’an Vs pendukung penjarakan ahok. Antara Islam benaran Vs Islam abal-abal. Antara orang beriman Vs Tidak beriman. Sungguh suatu cara-cara yang kurang elegan dan cenderung simplifikatif dan memaksakan kehendak.
Bagi saya, persoalan ini merupakan persoalan politik semata, karena Ahok yang non muslim dan kebetulan memiliki celah “keseleo lidah” sehingga diusahakan dengan segala cara agar gagal menjadi gubernur DKI. Bagi saya, biarkan penduduk DKI yang memilih gubernur terbaik menurut mereka. Saya rasa penduduk DKI sudah sangat cerdas untuk memilih yang terbaik. Apalagi ada 3 kandidat yang sudah siap dipilih. Ada Agus Sylvi, Ahok Djarot dan Anies Sandi. Jadi tinggal dipilih mana yang terbaik.
BAgi saya, persoalan ini bukanlah persoalan agama murni, karena untuk masalah “Penistaan Agama” oleh Ahok, Ahok sudah meminta maaf atas kekhifannya. Apalagi saat ini kasus ini sudah masuk ke ranah hukum. Jadi biarlah hukum yang mengadilinya. Berikan kepercayaan kepada mereka untuk menentukan status hukumnya.
Sebagai warga biasa, saya menyayangkan adanya klaim klaim keagamaan yang dijadikan alat untuk memberikan pembenaran kepada sikap-sikap yang menurut saya jauh dari nilai-nilai agama. Contohnya adalah mengaitkan demo 4 November besok dan jaminan keimanan dan mudahnya masuk surga karena dianggap telah membela al-qur’an. Sungguh betapa simple dan mudahnya masuk surga. PAdahal setahu saya, tiket masuk surga tidaklah semudah itu. Banyak sekali aspek dan syarat seseorang bisa dengan mudah masuk surga, tetapi yang pasti, bukan karena ikut demo besok, langsung punya tiket masuk surga.
Melihat kondisi ini, saya benar-benar rindu para ulama yang sejuk menyejukkan seperti teladan nabi Muhammad SAW yang benar-benar kita banggakan. Kita butuh ulama yang benar-benar memberikan jalan kebenaran yang komprehensif bukan ulama politik yang hanya dilandasi rasa kebencian semata.