Sebelumnya saya harus klariikasi bahwa saya bukanlah kader dan simpatisan PKS, saya hanya warga biasa yang mencoba melihat sesuatu dengan pikiran biasa dan normal. Saya juga bukan kawan dan juga Musuh Fahri HAmzah, saya hanya ‘penonton” yang mulai muak dan jengah melihat sinetron “wajah PKS yang tak berujung ini.
Terus terang saya sebagai warga biasa, sudah merasa “jengah dan muak” dengan kasus yang membelit PKS ini terutama dalam kasus pemecatan Fahri Hamzah dari seluruh jenjang kepengurusan PKS. Sebuah keputusan tertinggi partai dengan mekanisme yang panjang dan penuh pertimbangan oleh sebuah institusi resmi kepartaian, kini di “rendahkan” dan bahkan cenderung “di obok-obok” oleh kadernya sendiri. Tak tanggung-tanggung, Fahri bahkan telah menggugat ke PN Jakarta selatan perihal keabsahan pemecatannya, ia juga kemudian melaporkan 3 petinggi PKS ke MKD DPR, dan yang terbaru menulis surat terbuka kepada para kader PKS…….perihal alasan Fahri menggugat ke MKD.
BAgi saya, bila hal ini terus berlanjut maka inilah MALAPETAKA terbesar bagi PKS. Harga diri partai kader ini runtuh oleh kadernya sendiri. Mana wibawa partai kader terbesar di Indonesia ini? Mana wibawa partai dakwah yang sejuk ini? Dalam hal ini PKS tidak boleh tinggal diam. HArus ada upaya yang serius untuk mengklarifikasi semua keberatan dan tuduhan Fahri ini.
Parahnya lagi, para petinggi DPR pun yang merupakan kolega Fahri sepertinya juga “bermain” dengan mengulur-ulur rapat perihal keputusan penggantian posisi wakil ketua DPR dengan beragam alasan yang sulit diterima logika juga. Aromanya sih tercium sangat kuat…..dalam hal ini PKS harus bersikap tegas dan keras karena jelas jelas telah diatur dalam MD3. Kalau saya jadi pimpinan PKS maka saya akan menggugat pimpinan DPR karena jelas-jelas melanggar aturan UU MD3.
Mbalelonya Fahri ini..menurut saya justeru menunjukkan betapa SOMBONGNYA beliau ini. Saya yakin beliau tahu bahwa amanah jabatan yang di embannya hanyalah titipan semata. Bila sang empunya ingin mengambilnya maka seyogyanya ia harus melepaskannya dengan penuh keikhlasan. Tapi ternyata, ia tidak melakukannya. Entahlah….saya pun tak mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi di “benak hati terdalam”. Bagi saya, sikap Fahri ini adalah sebuah kesombongan yang sulit diterima.
Fahri harusnya sadar bahwa dulu ketika dia diangkat menajdi wakil ketua DPR, partai lah yang mengangkatnya. Sebetulnya bisa jadi, kala itu, partai menugaskan yang lain. Jadi, Ketika sang pemberi mandat, kemudian menariknyadengan alasan apapun seharusnya, ia LEGOWO saja. Sikap tunduk dan patuh terhadap kebijakan partai sepertinya harus mutlak dimiliki oleh siapapun. Karena kalau tidak maka partai tersebut sama sekali kehilangan wibawanya dan lama kelamaan akan hancur ditinggalkan para kader dan simpatisannya. Lonceng kehancuran PKS akan semakin dekat karena para kader akan terpecah belah oleh kasus ini. Akibatnya soliditas kader PKS akan hilang secara perlahan.
Maka dari itu, demi menyelamatkan PKS, saya berharap kepada bang FAHRI, ikhlaskan saja, lapangkan dadamu seluas-luasnya, TUHAN TIDAK TIDUR, bila Anda benar-benar ikhlas dan legowo maka Allah akan memberikan tempat terbaik nantinya. Percayalah kawan!!! Tidak ada salahnya, berkorban demi kebesaran partai PKS yang telah membesarkanmu. Toh jalan masih panjang. Ini politik bung, LEGOWO lah.
Semoga uraian uneg-uneg ini bisa bermanfaat. Kalau tidak ada manfaatnya maka secepatnya buang saja ke tong sampah ya…….he he he.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H