“Mereka yang tidak bisa menghargai orang lain, tidak mungkin mereka
bisa menghargai diri sendiri”
Adagium di atas adalah adagium yang sangat tepat untuk menggambarkan betapa pentingnya kita menghargai orang lain. Karena sejatinya, penghargaan kepada orang lain adalah penghargaan kepada dirinya sendiri.
Adalah fitrah alias wajar bagi siapapun untuk selalu ingin dihargai atau mendapat respon positif dari segala apa yang ia lakukan karena sesungguhnya apapun yang kita lakukan/kerjakan/usahakan tidak akan pernah sia-sia sedikitpun. Disana terdapat “sebuah usaha walau sekecil apapun”, sehingga seluruh hasil karya kita (sekecil apapun) telah menjadi kepuasan tersendiri yang tidak bisa dinilai harganya dan patut untuk diapresiasi.
Di antara salah satu dari sekian banyak ekpresi hasil karya kita adalah tulis menulis di dunia maya (new media) yang kini menjadi trend baru yang sangat booming. Sebagai contohnya adalah dengan menuangkan ide dan pendapat melalui saluran media yang ada seperti jejaring sosial dan weblog interaktif. Dengan menulis di dunia maya (new media), setiap orang bebas berpendapat apa saja bahkan cenderung tanpa batas (borderless). Meski demikian, perlu dilandasi tanggung jawab dan etika sebagai upaya menghargai hak orang lain untuk berbeda pendapat. Kesadaran dan tanggungjawab menulis serta sikap toleransi atas perbedaan pendapat setiap orang, akan menciptakan harmonisasi dalam dinamika berpendapat.
Kita Harus Sadar Bahwa Kita Memang Berbeda
Sebelum kita sampai kepada alasan, mengapa kita harus menghargai pendapat dan pandangan orang lain? Maka sebaiknya kita harus kembali kepada fitrah atau takdir Tuhan bahwa kita memang senantiasa berbeda dalam konteks segala hal, termasuk cara berfikir dalam konteks apapun. Ini berarti bahwa dimanapun berada kemungkinan besar(dipastikan) kita akan senantiasa berbeda pendapat dalam menilai sesuatu. Jadi, kita harus terbiasa dengan “perbedaan” ini dan jangan sekali-kali kita berharap “kita akan satu pendapat” dengan orang lain.
Menyikapi Pendapat/Penilaian Orang Lain
Ketika dipastikan bahwa kita senantiasa “berbeda” maka kita harus menyiapkan diri kita untuk menyikapi perbedaan itu. Kadangkala kita bisa berbeda dalam konteks “yang menyenangkan” atau bahkan dalam konteks “yang tidak menyenangkan”. Sebagai contohnya adalah ketika kita menulis suatu artikel, kadang banyak kawan yang mengomentarinya dengan ragam komentarnya. Contohnya:
"Keren bro artikelnya"
"Luar Biasa"
"Sangat Inspiratif"
Komentar-komentar di atas, tentunya akan sangat menentramkan hati dan cenderung tidak ada masalah karena hasil jerih payah kita dihargai dan diapresiasai orang lain. Namun tak jarang ketika menulis artikel di lain waktu, komentar yang kita terima berbeda dan sangat tidak bersahabat. Contohnya:
"Wah yang nulis ini, nggk punya akal kali ya……mikir pakai dengkul kali ya!"
"Tulisan basi….anak kecil juga bisa"
"Nggk berbobot banget sih…Nulis Berita Sembarangan"
"Yang nulis ga sekolah nih!"
Komentar-komentar di atas merupakan komentar negatif yang tidak bertanggung jawab. Sebagian mungkin menganggapnya hal kecil, tetapi jangan lupa, luka yang kecilpun apabila didiamkan lama-kelamaan akan menjadi busuk tak ubahnya duri dalam daging dan yang pasti bisa merusak citra kita. Apalagi, bila terdapat komentar-komentar ofensif yang cenderung menyerang kita melalui penggunaan kata-kata yang kasar.
Maka dari itu, kita harus senantiasa sadar dan menyadarkan diri kita bahwa komentar apapun yang kita terima kita terima dengan lapang dada seraya menguatkan kendali emosi untuk tidak meladeninya. (Karena tak jarang malah kita terjebak kepada “pembalasan” dengan kata-kata yang kotor dan tidak beretika juga). Sebaiknya kita mencoba meluruskan maksud dan tujuannya dan berharap bisa memberikan klarifikasi atas berbagai tuduhan dan penilaian, tentunya dengan bahasa yang santun. Kita harus menghindari aksi pembalasan yang ofensif diatas.
Hargai Apapun Pendapat/Penilaian Orang Lain
Ketika kita mengahdapi banyak komentar yang menyudutkan kita dan memberikan penilaian buruk serta cenderung menyerang maka kita harus mampu menyembunyikan kekesalan dan kekecewaan kita dan bahkan harus menggantinya dengan memberikan apresiasi atas apapun yang diberikan orang lain. Ibaratnya seperti menyiram api dengan air. Namun bila kita siram api dengan api lagi maka yang terjadi adalah kebakaran besar yang akan sangat merugikan kita semua. Tentunya dengan menggunakan bahasa yang santun. Sebagai contohnya:
“Trimakasih atas komentarnya…sangat membantu memberikan perspektif baru”
“Thanks atas infonya, tapi coba cek sumber ini, semoga memberikan klarifikasi”
“Maaf nih, menurut pendapat saya….saya sangat menghargai pendapat bapak…”
Kita harus mulai membiasakan untuk menghargai apapun sikap dan komentar orang lain. Karena bisa jadi pandangan dan pendapat orang lain juga mengandung kebenaran. Kita harus menghilangkan anggapan bahwa “pendapat kita paling benar/tepat”. Karena bisa jadi disana terdapat “kebenaran “ yang lain.
Itulah sedikit resep bagaimana kita menghadapi sikap-sikap yang intoleran dalam dunia maya. Namun demikian untuk lebih menjadikan kita lebih bermanfaat dalam konteks dunia persahabatan di dunia maya maka berikut ini tips-tips penting yang bisa dijadikan acuan bersama dalam rangka menghargai setiap perbedaan yang terjadi:
1.Sepatutnya kita menghindari informasi yang tidak penting. Hal ini biasanya terjadi bila kita membuat status di FB atau twitter yang berpotensi mengundang komentar orang lain yang negatif. Begitu juga dalam menulis suatu artikel, hindari hal-hal yang tidak penting dan cenderung provokatif. Kalo bisa, informasi yang disajikan adalah realitas dan tentunya penuh tanggungjawab atas isi tulisan tersebut.
2.Jangan Bersikap Kasar. Kita harus menghindari kata kata kasar (Sarkasme) dalam menyikapi status atau pendapat orang lain karena hal itu cenderung provokatif dan mengundang api permusuhan. Jadi gunakan kata kata yang standar atau bila memungkinkan menggunakan kata kata inspiratif dan membangun serta toleran.
3.Fahami Perbedaan. Jangan terjebak kepada keinginan untuk memang sendiri. Fahami konteks orang lain dan berusaha untuk memahami setiap perbedaan yang ada. maklum saat ini, banyak sekat-sekat dalam kehidupan yang bisa membedakan kita semisal afilasi partai, ormas keagamaan, idiologi agama/keagamaan, fanatisme dalam konteks apapun (tim sepakbola dll) dan masih banyak sekat-sekat perbedaan lainya.
4.Hargai apapun pendapat orang lain. Kita harus berusaha untuk menghadirkan penghargaan kepada orang lain karena mereka juga ingin dihargai. Karena begitu juga sebaliknya. Kita juga membutuhkan penghargaan orang lain.
5.Persahabatan lebih harus diutamakan. Dunia maya adalah dunia persahabatan yang amat luas, jadikan ini momentum untuk menambah teman/kawan yang akan membuat kita menjadi lebih besar dan jangan jadikan ini ladang untuk menambah “musuh” walau hanya satu sekalipun.
Saya yakin, bila kita semua terus mencoba untuk senantiasa menghargai orang lain dan berusaha mereduplikasi semangat toleransi ini maka dunia maya akan menjadi lebih bermanfaat bagi kita semua.
Saya kira demikianlah sedikit “urun rembug” dalam menyikapi berbagai perilaku di dunia maya yang kadang cenderung intoleran. Mohon maaf dan Semoga kita menjadi manusia-manusia yang lebih toleran lagi. Amien
“SERIBU KAWAN TERLALU SEDIKIT, SATU MUSUH TERLALU BANYAK”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H