Mohon tunggu...
Sholehan
Sholehan Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMP Negeri 1 Lingga Timur

Membangun bangsa ini melalui pendidikan bermutu. Tetap Merdeka!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memaknai Idul Adha sebagai Momentum untuk Meredam Ego Pribadi

14 Oktober 2013   21:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:32 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari http://nemukabar.blogspot.com/

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Gambar dari http://nemukabar.blogspot.com/"][/caption] Takbir menggema dari masjid ke masjid, surau ke surau sebagai tanda umat muslim merayakan Idul Adha pada 10 Zulhijjah. Sementara itu, pada tanggal tersebut jamaah haji kembali ke Mina untuk melakukan jumrah aqabah. Umat muslim yang tidak berhaji akan berbondong-bondong melakukan shalat Idul Adha kemudian melakukan ibadah qurban. Praktik ibadah qurban merupakan manifestasi keimanan seseorang sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim yang pada waktu itu diperintahkan oleh Allah melalui mimpinya untuk menyembelih anaknya sendiri, Ismail. Namun beliau teruji keimanannya sehingga Allah menggantikan putra Nabi Ibrahim tersebut dengan hewan qurban. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya ibadah qurban terus meningkat. Kita bisa melihat jumlah hewan qurban yang disembelih di berbagai tempat mengalami peningkatan. Hal ini tidak terlepas dari peran para da'i yang selalu berdakwah kepada masyarakat. Ibadah qurban sendiri memiliki makna yang begitu mendalam di samping nilai ibadah di sisi Allah. Ibadah qurban bukan sekadar penyembelihan hewan dan pendistribusian daging hewan qurban kepada masyarakat. Berapa lama daging yang diberikan itu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat? Tetapi yang lebih penting adalah kesan ibadah qurban itu bagi individu yang berqurban. Berqurban dari segi ubudiyah dapat dimaknai sebagai bentuk ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dari segi muamalah (sosial), berqurban dapat dimaknai sebagai pengorbanan yang ikhlas kepada orang lain dalam bentuk daging qurban. Lebih dari itu, seseorang yang berqurban pada hakikatnya harus menyadari bahwa pengorbanan yang ikhlas tersebut bukan hanya sebatas memberi daging qurban. Pengorbanan harus diartikan secara luas, dalam hal ini mampu mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Momentum untuk Meredam Ego Pribadi Kita masih sering melihat seseorang yang merokok seenaknya di tempat umum tanpa memedulikan orang lain, bahkan di tempat yang sudah ditulis larangan merokok sekalipun. Demikian juga seseorang yang menyerobot antrean atau seseorang yang dengan seenaknya membuang bungkus makanan melalui jendela mobil mewahnya. Apatah lagi, seorang wakil rakyat yang seharusnya memperjuangkan kepentingan rakyat namun kenyataannya mengkhianati rakyat dengan cara yang begitu keji yaitu korupsi. Kejadian-kejadian seperti itu sangat sering terjadi dan dilakukan oleh semua kalangan, dari rakyat jelata hingga konglomerat di istana. Kejadian yang mungkin masih dilakukan oleh orang-orang yang telah berqurban, namun belum bisa memaknai ibadah qurban itu sendiri dan belum bisa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang telah berqurban harus mampu mengedepankan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. Apalagi kepentingan diri sendiri itu dapat merugikan orang lain. Orang yang telah berqurban akan lebih berhati-hati dan mawas diri, mengontrol emosi dan perilakunya agar tidak merugikan orang lain. Masih ingat dalam benak kita tentang kisah para sahabat Rasulullah SAW. Alkisah tersebutlah seorang sahabat yang memberikan kepala kambing kepada sahabat yang lain. Namun sahabat tersebut merasa bahwa ada sahabat yang lain yang lebih membutuhkan sehingga kepala kambing tersebut diberikan kepada sahabat yang menurutnya lebih membutuhkan itu. Begitu seterusnya hingga kepala kambing tersebut kembali kepada sahabat pertama yang memberi kepala kambing. Alangkah indahnya jika kita mampu berqurban dan berkorban untuk orang lain bukan hanya saat berqurban di hari raya Idhul Adha. Kita mampu berqurban kepada siapapun, di mana pun, dan dalam kondisi seperti apapun. Terutama kepada kerabat, teman, tetangga, dan orang-orang di sekitar kita. Sebab, mukmin yang baik adalah mukmin yang berguna bagi mukmin yang lainnya. Semoga, Idul Adha kali ini memberikan makna yang berarti, baik bagi yang berqurban maupun yang menerima qurban. Berqurban bukan sekadar ritual tanpa makna. Selamat Hari Raya Idul Adha 1434 H Batam, 14 Oktober 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun