Era globalisasi telah membawa dampak besar terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang keperawatan. Peran perawat kini tidak hanya terbatas pada pemberian perawatan di tingkat lokal, tetapi juga mencakup tanggung jawab global untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dunia. Perawat dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat berkembang dalam sistem perkembangan sistem kesehatan. Profesionalisme dalam keperawatan mengalami transformasi melalui adopsi teknologi, penguatan pendidikan berbasis bukti, dan pemahaman lintas budaya. Dalam konteks global, transformasi tidak hanya mencakup kompetensi teknis, tetapi juga etika, komunikasi, dan inovasi untuk menghadapi tantangan kesehatan global.
Etika merupakan inti dari profesionalisme keperawatan, terlebih di era globalisasi yang mempertemukan berbagai sistem nilai dan keyakinan. Perawat sering kali menghadapi dilema etis, seperti ketimpangan akses layanan kesehatan di negara maju dan berkembang, serta perlindungan data pasien di era digital. Globalisasi dapat meningkatkan kompleksitas dalam pengambilan keputusan etis, terutama ketika perawat harus bekerja di lingkungan dengan nilai budaya yang berbeda (Cherry dan Jacob, 2016). Selain itu, privasi data pasien menjadi isu utama dalam era teknologi. Penggunaan rekam medis elektronik (electronic health records) meningkatkan risiko kebocoran informasi. Oleh karena itu, perawat harus memahami regulasi privasi, seperti Health Insurance Portability and Accountability Act (HIPAA) di Amerika Serikat, untuk memastikan perlindungan data pasien. Etika juga mencakup prinsip keadilan, yang mendorong perawat untuk memastikan semua pasien menerima perawatan berkualitas tanpa diskriminasi.
Globalisasi meningkatkan mobilitas manusia, termasuk pasien dan tenaga kesehatan. Komunikasi yang efektif menjadi tantangan utama dalam memberikan perawatan di lingkungan global yang multikultural. Perawat sering kali berinteraksi dengan pasien yang memiliki latar belakang budaya, bahasa, dan nilai yang berbeda. Kemampuan komunikasi lintas budaya menjadi faktor penting dalam membangun hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Komunikasi yang baik melibatkan penggunaan bahasa yang sederhana, mendengarkan dengan empati, dan memahami konteks budaya pasien (Berman, Snyder, & Frandsen, 2016).
Teknologi komunikasi, seperti telemedicine, juga memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan kesehatan global. Melalui telemedicine, perawat dapat memberikan konsultasi dan edukasi kesehatan kepada pasien yang berada di lokasi terpencil. Namun, komunikasi virtual ini memerlukan keterampilan tambahan untuk memastikan pesan tersampaikan secara efektif, tanpa kehilangan esensi humanisme dalam pelayanan keperawatan. Kementerian Kesehatan (2023) menyatakan bahwa telemedicine telah memperluas akses layanan kesehatan, khususnya di wilayah pedesaan dan daerah terpencil.
Inovasi menjadi elemen penting dalam transformasi keperawatan di era globalisasi. Perkembangan teknologi, seperti aplikasi kesehatan digital, robotika, dan kecerdasan buatan (artificial intelligence), telah mengubah cara perawat bekerja. Giddens (2017) mencatat bahwa teknologi memungkinkan perawat untuk meningkatkan efisiensi layanan, memonitor kondisi pasien secara real-time, dan mengelola data pasien dengan lebih akurat.
Sebagai contoh, dalam pandemi COVID-19, perawat memanfaatkan inovasi seperti perangkat pemantauan jarak jauh untuk memantau pasien tanpa kontak langsung. Selain itu, simulasi berbasis virtual digunakan dalam pendidikan keperawatan untuk melatih keterampilan klinis tanpa risiko terhadap pasien nyata. Namun, adopsi inovasi ini memerlukan pelatihan berkelanjutan untuk memastikan perawat dapat memanfaatkan teknologi dengan optimal. Menurut Kemenkes (2023), digitalisasi telah memberikan dampak yang signifikan pada industri kesehatan, menciptakan solusi yang lebih efisien, efektif, dan mudah diakses.
Inovasi mencakup tidak hanya pengembangan teknologi, tetapi juga pembaruan dalam model pelayanan. Model perawatan berbasis komunitas menjadi salah satu pendekatan inovatif untuk mengatasi ketimpangan akses layanan kesehatan. Dalam model ini, perawat bekerja sama dengan pemimpin komunitas untuk memberikan edukasi kesehatan dan layanan preventif kepada masyarakat yang rentan. Pendekatan ini memungkinkan perawat untuk memahami kebutuhan spesifik komunitas dan memberikan intervensi yang sesuai.
Daftar Pustaka
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb's Fundamentals of Nursing: Concepts, Practice, and Process (10th ed.). Pearson.
Cherry, B., & Jacob, S. R. (2016). Contemporary nursing : issues, trends, & management (7th ed.). Elsevier.
Giddens, J. F. (2017). Concepts for Nursing Practice (2nd ed.). ELsevier.
Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P., & Hall, A. (2016). Fundamentals of Nursing (9th ed.). Elsevier Health Sciences.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Transformasi Digital. Diakses Dari https://rc.kemkes.go.id/transformasi-digital-949ac9
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H